minggu tanggal 18 Agustus 2024 jam 09.00 Suster Antonie, Tina, Fauzi, Mbak Dewi, Mas Mugi dan Bu Lilis menuju ke rumah Jono (daerah Garung-Wonosobo). Jono adalah alumni DB 2001, sekelas dengan Putut Yogyakarta cs). Dia anak nomer 2, mempunyai kakak pertama cewek tinggal di Temanggung dan adik cowok tinggal satu rumah dengan ibu – Jono. Rombongan ngobrol dengan Ibu, adik Jono dan istrinya. Jono rajin membantu ibu dan adiknya untuk menanam lombok dan sayur – sayuran di ladang. Ladangnya tidak jauh dari rumah Jono. Namun dia bersepeda motor kalau pergi ke ladang agar tidak lelah, karena jalannya mendaki. Dia tidak punya SIM, maka tidak berani bersepeda motor ke jalan besar – keluar dari desanya. Kalau ada pertemuan ADECO, biasanya adiknya mau mengantar Jono, maka Jono bisa bertemu dengan teman-teman. Setelah selesai ngobrol dengan keluarga Jono, kami pamit dan memberi sembako sebagai oleh-oleh, dan berfoto bersama.
Setelah berkunjungk ke rumah Jono, kami melanjutkan perjalanan ke rumah Bu Muntamah (Alumni DU 1994 sekelas dengan Mbak Pur Rembang cs). Suster Antonie menyapa dan omong – omong dengan Bu Muntamah tentang keluarga. Suaminya bernama Pak Sukardi (alumni Don Bosco), mempunyai kesibukan pekerjaan di rumah, yaitu terima jahitan. Mereka mempunyai 3 (tiga) anak (semua anak dengar).
Kemudian kami melanjutkan perjalanan ke Rumah Pak Puryono (Alumni DB 1971). Dia tinggal bersama di rumah adiknya yang cowok yang dan istrinya – berarti ipar pak Puryono. Dia masih berjalan tertatih – tatih dan pelan-pelan. Suster Antonie membawa walker (alat bantu utk berjalan) dari Pak Andre (DB) ADECO Bandung, menawarkan ke Pak Puryono. “Mau memilih alat bantu walker atau tongkat? Pilih salah satu. Agar satu alat bantunya akan diberikan untuk alumni lain yg sangat membutuhkan”. Kami kaget sebab dia mau ke-2 alat bantu itu semuanya. Lalu Sr. Antonie bertanya dulu kepada pak Andre dengan Video Call, apakah boleh? Karena pak Andre berpesan untuk memilih salah satu saja. Tetapi akhirnya pak Andre setuju ! Sr. Antonie berpesan pada pak Puryono: harus rajin pakai alat bantu karena Suster mendengar, Pak Puryono pergi ke manapun tidak bawa alat bantu waktu berjalan. Keponakan Pak Puryono yang bernama Mbak Yeni (Alumni DU 1997 sekelas Mbak Neni Yogya) yang bertetangga dengan pak Puryono dipanggil iparnya untuk datang di rumah Pak Puryono, bergabung untuk ngobrol dan foto bersama.
Tidak terasa ternyata waktu sudah merangkak siang, kami mencari makan siang dulu, dan menemukan warung soto ayam di Kertek sambil istirahat. Selesai makan siang,melanjutkan menuju ke rumah Mamad (Alumni DB,sekelas Phieter Jakarta cs). Bu Lilis bertanya-tanya ke tetangga sekitar toko Tiga Putri Kertek, sampai berhasil. Suster Antonie dan teman-teman menyusul berjalan kaki menuju ke rumah Mamad karena mobil tidak bisa masuk ke dalam gang sempit. Mamad sakit stroke ringan sebelah kanan, sedikit kaku dan merasa kebas. Dia bisa berbicara lumayan lancar. Suster Antonie memberi tongkat dari pak Andre ADECO Bandung untuk Mamad supaya dapat membantu untuk berjalan dengan tegap. Dan kami juga memberi sembako sebagai oleh-oleh. Kami ngobrol juga dengan Ibu Mamad. Kemudian Mamad mencoba berjalan memakai tongkat dan berfoto bersama. Sebelum sakit stroke, Mamad bekerja sebagai Tukang Parkir. Ada beberapa orang yang kasih uang lelbih utk Mamad. Sayang ….tukang parkir yang lain mengetahui uang hasil kerja dari Mamad itu dan berani merampasnya !
Melihat bahwa telah jam 14.30, maka kami pamit untuk melanjutkan perjalanan ke rumah Suharyono (Alumni DB 1994). Kami berhasil menemukan rumah Yono, mengetuk pintu rumahnya agak lama, tetapi tidak ada respons. Syukurlah tetangga menolong kami masuk rumahnya lewat pintu belakang. Akhirnya tetangga itu membuka pintu bersama Ibu Yono, dan mempersilahkan kami masuk. Lalu kami mengobrol dengan Ibu Yono dan tetangga itu, tetapi sayang tidak bertemu Yono. Karena Yono sedang pergi bekerja dari pagi sampai malam baru pulang. Ibu Yono adalah Ibu Solihatun, dukun beranak jadul. Ibunya Ibu Solihatun ( neneknya Yono ) juga dukun beranak, jadi turun temurun adalah dukun beranak. Sebagai dukun beranak, ibunya Yono adalah orang yang berpunya. Dia punya sawah, ladang dan rumah yang bagus untuk diwariskan kepada Yono, sebagai anak satu-satunya. Ibu Yono tinggal di rumah hanya berdua saja dengan Yono.
Dulu Yono sudah pernah menikah dengan cewek dengar, sempat 3 kali menikah tetapi gagal, terus cerai karena 3 cewek dengar itu hanya menginginkan harta Yono. Cewek pertama dan kedua dijodohkan untuk Yono oleh orang tua sedangkan cewek ketiga dijodohkan untuk Yono oleh saudaranya. Wooow….. Suster Antonie berkata ke Ibu Yono dan tetangga, “Kalau Yono mau mencari cewek tuna rungu, bisa minta tolong ke Suster Antonie atau Bu Tumir, nanti akan dicarikan pasangan yang cocok untuk Yono”, sambil tertawa semua.
Selesai ngobrol dan foto bersama, kemudian pamit dan kami memberi sembako untuk Ibu Yono
Melanjutkan perjalanan ke rumah Mbak Erlike (Alumni DU out 1991 ). Sesampai di Toko Plastik dekat Toko Trio, kami bertemu kakak Erlike dan suaminya. Kami ngobrol bersama, Erlike tidak sakit, cuma kondisinya memang seperti itu dari dulu waktu masih sekolah di Dena Upakara. Dia tidak mau melihat wajah Suster Antonie dan teman2, dia malu dan menutup diri. Dia selalu seperti itu sejak di sekolah dan tetap tinggal di dalam rumah terus sampai sekarang. Kakaknya berkata kalau ada pertemuan ADECO, tolong teman-teman mengajak Erlike supaya bisa bertemu ngobrol dengan teman-teman.
Waktu sudah semakin sore, jam sudah menunjukkan 16.24, kami pamit pulang dari Toko Plastik milik Kakak Erlike.
Bu Lilis mengejar angkot jurusan Leksono (mau pulang) dan Suster Antonie serta teman2 menuju ke Dena Upakara dan mau pulang ke rumah masing-masing. Besok-besok lagi akan berkunjung ke rumah Mb Tri Kertek (Alumni DU), Mb Fitri Watumalang (Alumni DU), Sabar Wonosobo ( Alumni DB) dan Alumni ADECO yang sakit, bila ada waktu..
Ditulis oleh :
AGUSTINA (DU)
ADECO wilayah KEDU.