Pada bulan Juni yang lalu telah diadakan Reuni Besar ADECO pada peringatan HUT ke-70 DENA UPAKARA selama 3 hari berisi kurang lebih 300 orang alumni yang datang dari Nusantara. Di antaranya seorang alumni Dena Upakara datang dari jauh ialah Ibu Soen dari Taiwan (angkatan DU 1962) berusia 65 tahun. Ia masih tampak cantik dan masih fasih Bahasa Indonesia, artikulasi pun masih baik. Dia senang bertemu teman-teman dan dapat bernostalgia.
Jauh sebelumnya, saya sudah menyodorkan daftar alamat alumni Dena Upakara yang sedang berada di Luar Negeri kepada Panitia untuk mengirim undangan Reuni. Hanya Ibu Soen dari Taiwan yang bisa hadir sedangkan yang lain tidak bisa karena waktunya tidak cocok. Saya menyesal karena Ibu Soen tidak diwawancarai oleh “INFO ADECO”. Sayang sekali! Mudah-mudah Reuni yang akan datang kelak dapat menghadirkan mereka dari Luar Negeri dan dapat berbagi pengalamannya tentang perjalanan hidupnya di Negeri Seberang.
Kebetulan, pada tanggal 24 Oktober lalu saya kedatangan tamu seorang Alumni DENA UPAKARA dari Nederland, bernama Bapak Irmin Tjokrohadisurjo (DUA,1949) berusia 70 tahun, bertubuh tegap, wajah simpatik, ramah dan supel. Ia menginap di Yogyakarta selama 4 hari, telah menggunakan waktu luang untuk mengunjungi almamaternya DENA UPAKARA. Padahal sebelumnya, ia sudah beberapa kali berlibur di Indonesia tetapi selalu disita waktu untuk berkumpul bersama keluarga dan familinya dalam waktu yang sangat singkat. Kali ini lebih lama, selama 3 bulan cukup waktu untuk berkeliling ke lokasi yang diinginkannya terutama menjumpai teman-teman lama. Sementara istrinya bepergian ke Amerika Serikat. Setelah 3 bulan mereka jalan-jalan kemudian pulang ke Belanda, bertemu dan saling bertukar cerita pengalamannya. Asyik Ya?!
Tepat sekali dalam rangka HUT ke-70 DENA UPAKARA, Bapak Irmin datang spesial ke Wonosobo sejak hampir 60 (enam puluh) tahun lalu meninggalkan Wonosobo. Pak Irmin adalah SAKSI HIDUP yang dapat melihat sendiri perkembangan almamaternya, DENA UPAKARA seperti Ibu Soen dari Taiwan. Saya berhasil mewawancarai Bapak Irmin (lihat Kisah Sejati).
Sebelum ke Wonosobo, saya terlebih dahulu memberi tahu kepada Sr. Antoni, Sr. Wahyu dan Mbak Tumir bahwa tamu alumni dari Belanda mau berkunjung ke sana agar mereka siap menerimanya. Hari Sabtu 25 Oktober 2008, diantarkannya ke LPATR DENA UPAKARA. Begitu turun dari mobil, ia mengamat-amati perubahan-perubahan di depang gedung LPATR sambil memotretnya. Ia bercerita mengenang saat masih kecil mengalami masa perang Jepang di Indonesia. Ia masih ingat melihat sendiri tentara Jepang menggiring Suster-Suster Belanda Perintis/Pendiri DENA UPAKARA masuk ke penjara Wonosobo, kecuali Sr. Canesia orang
Jerman tidak dipenjara karena Jepang bersahabat dengan Jerman. Ia pun ingat dulu bersembunyi di bawah tanah karena pesawat tempur Jepang sedang melayang di atas gedung Sekolah. Cerita lucunya, dia masih kecil sedang melihat pesawat terbang melayang, lalu dia melambai-lambaikan tangan tetapi Sr. Geertruida (almarhum) secepat kilat menarik tangan Irmin masuk ke bawah tanah….. bersembunyi bersama anak-anak lain dan para suster guru. Ia tidak tahu bahwa itu kejadian perang… Maka ia ingin mencari lokasi tempat persembunyian dulu di situ, ingin mengetahui kondisinya.
Sr.Antonie & bpk. Irmin tampak asyik ngobrol pakai bahasa Belanda.
- Irmin : “Sr. Geertruida dimana?”
- Sr.Antonie : “Sudah meninggal di Belanda.”
- Irmin : “Waduh! Saya tidak tahu. Kapan?”
- Sr. Antonie : “Sepuluh tahun yang lalu. Ingat Sr. Alouque?”
- Irmin : “Tidak, tapi ingat Sr. Bonaventura dan Sr. Canesia.”
Beruntungnya Sr. Antoni mempunyai waktu yang cukup untuk mengobrol dengan Pak Irmin padahal Suster super sibuk, susah sekali ditemui! Mereka tampak aneh menggunakan Bahasa Belanda. Saya terbengong heran melihat mereka berkomunikasi Lisan Bahasa Belanda dengan sangat lancar!.
Pak Irmin Tuli total mampu membaca bibir Sr. Antoni bicara Bahasa Belanda dan sebaliknya Sr. Antoni dapat menangkap bicara Irmin Bahasa Belanda, berarti artikulasinya cukup jelas dan tuturan bahasanya baik! Padahal baru kenal.. Wah, luar biasa! Saya sendiri malah kurang suka bicara Bahasa Belanda karena susah melafal beberapa konsonan, kerongkonganku payah…! Lebih mendingan berbicara bahasa Inggris, bahasa Jerman, bahasa Indonesia, dan bahasa Jawa… Hehehe. Tapi saya juga harus belajar tata bahasa bahasa Belanda karena almarhum Ibunda fasih dan menguasai bahasa tersebut.
Setelah kira-kira 30 menit ramah-tamah dengan Sr. Antoni di ruang tamu ditemani saya, Sugiyono (DB, 1966), Tri Widarto (DB, 1970) dan Adrian (alumnus SLB/B Bandung). Sr. Antoni berpesan; “Irmin, tolong buat cerita pengalaman sekolah di Dena Upakara untuk buku Sejarah Dena Upakara. Bahasa Belanda tidak apa-apa nanti diterjemahkan ke Bahasa Indonesia. Silakan kirim melalui email”. Pak Irmin meyanggupi… Berhubung ia adalah saksi hidup yang penting. Semoga akan terwujudnya. Terima kasih Sr. Antoni telah menerima saksi tamu yang penting itu.
Sr. Walyu dengan BPK. Irmin berkomunikasi dengan bahasa Indonesia, di asrama Dena Upakara.
P. Irmin :”Saya sudah terima surat, tidak dapat datang karena uang belum cukup. Maaf! Harap suster tahu saya bukan orang kaya. Tapi kalau saya datang ke Indonesia seperti orang kaya, di Belanda saya tidak kaya…!” Suster Wahyu : “Oooh.. ha ha ha…
Gantian Sr. Wahyu, Kepala Yayasan Dena Upakara sempat berkenalan. Sr. Wahyu mencoba berkomunikasi Lisan dengan bahasa Indonesia tanpa bahasa Isyarat, untunglah Pak Irmin dapat membaca bibir dan cukup lancar tetapi kadang-kadang lupa beberapa kata Bahasa Indonesia. Ia mengamati asrama, memperhatikan kamar tidur anak kecil, menunjuk posisi tempat tidurnya dulu… Ia tidak lupa difoto di kamar tidur anak-anak. Lalu menuju ke pojok sekolah mencari lokasi tempat persembunyian sewaktu perang Jepang… Sayang sekali ternyata sudah menjadi kolam renang anak kecil dan tempat diesel!!! Kemudian Ia difoto di situ.
Pengasuh asrama dan anak-anak sempat berkumpul di sana. Pak Irmin ingin sekali berkenalan dengan bapak/ibu guru-guru tetapi sekolah sudah tutup sehingga tidak bisa bertemu dengan mereka. Mbak Tumir sejak pagi sudah menunggu lama kedatangan lalu pergi ke Selomerto, sayang tidak sempat berkenalannya.
Berhubung hujan deras dan waktunya jelang sore, rencana kunjungan ke Don Bosco dipertimbangkan. Tetapi Pak Irmin berpikir lebih baik mempunyai cerita lengkap tentang sekolah putra dan putri di Wonosobo walaupun ia bukan alumni Don Bosco. Akhirnya berkunjung ke Don Bosco. Ia tampak terpana kebesaran gedung Don Bosco. Berhubung Ia adalah ahli mesin bubut ingin melihat kelas jurusan besi bubut tetapi sudah tutup. Sayang tidak bertemu satu pun Bruder namun sempat mengobrol dengan anak-anak besar Don Bosco.
Pulang ke Yogyakarta, pak Irmin menyatakan puas dan bahagia dapat menyaksikan perkembangan kondisi almamaternya walaupun semua mantan guru/pengasuhnya telah meninggal dunia, di antaranya; Sr. Geertruida, Sr. Bonaventra dan Sr. Canesia. Ia menyesal tidak pernah menghubungi Dena Upakara sehingga tidak mengetahui kabar mantan gurunya, Sr. Geertruida ternyata meninggal dunia di Nederland padahal Ia lama berada di Nederland. Ia bilang sejujurnya tidak tahu bahwa Dena Upakara itu ternyata cabang SLB/B St. Michelsgestel (sekarang ganti nama baru: Viataal ) – Holland.
Ia memberi perhatian dengan memahami ala kadarnya. Mungkin terbesit rasa bangga masih bisa melihat sendiri kemegahan almamaternya. Ia pamit dengan doa agar Dena Upakara tetap selalu maju…. Amin!
Sekian.
Salamku,
Dita Rukmini (DU,1973)
Adeco Yogyakarta
Sumber : Majalah Info, edisi no 07/ th VIII/ Januari 2009
Bagus Huda. Trimakasih seribu.
Foto yang hitam putih kok pecah ya.
Sementara foto ya berwarna malah bagus. Apakah foto yg berwarna lebih update daripada yang hitam putih ya?
Apakah foto itu bukan dari copy majalahnya ?
@ Sr. Antonie, iya hasilnya dari copy majalahnya. kemarin sudah tanya pada ketua Redaksi katanya belum ada foto asli. Sampai sekarang beliau masih cari nya. kalau ada foto nya asli juga berwarna bisa diupdate yg terbaru.
Waduuuh….foto2 hitam putih buram ya, mungkin krn hasil fotokopi. Saya kemarin malam selama 3 jam cari2 file foto2 yang sama itu berwarna…duuuh belum ketemu ! Tapi saya masih berusaha mencarinya. Karena foto2 itu dari kamera saya, jadi harus ketemu nih. Doakan semoga ketemunya dlm keadaan masih baik! Oke.
foto hitam putih asli itu tidak pecah atau buram ya? tapi di foto copi jadi jelek kemungkinan alat foto copi yang lama