Pada suatu hari saya mendapat berita WA dari Sing Oei, katanya : apakah bulan November nanti suster ada di rumah. Kemudian saya jawab : Ya, saya ada di rumah, karena saya belum membuat rencana apa-apa. Komunikasi WA itu terjadi pada bulan Agustus 2024. Ada apa, dan untuk tanggal berapa ya? Saya harus meng-agenda-kan, agar saya tidak membuat janji lain pada tanggal tersebut.
Lama setelah itu baru ada respons : tanggal 12 November. Oke, saya catat : tanggal 12 November 2024 Sing Oei akan datang berkunjung bersama istri dan anaknya. Dalam hati saya merasa heran, kok tumben Sing Oei sangat serius. Tetapi hal itu saya batinkan saja. Saya juga merasa senang karena dia dan keluarganya mau mengunjungi saya yang sudah pensiun ini. Puji Tuhan, Sing Oei masih ingat saya. Kunjungannya dapat sekaligus mengenang masa lalu ketika Sing Oei menjadi murid saya di kelas nol. Waktu itu murid klas nol Don Bosco masih dititipkan di Dena-Upakara.
Seminggu sebelum hari H, Sing Oei menulis WA lagi untuk mengingatkan acara kunjungannya pada tanggal 12 November. Oke, saya siap. Saya tidak membuat janji apa-apa pada hari itu selain menerima kunjungan Sing Oei dan keluarganya saja. Saya bilang kepadanya, “setelah sampai lokasi, kau harus video call ya, lalu saya akan keluar”. Mereka siap di depan pintu kamar tamu, tidak mau masuk lewat serambi depan sekolah. Saya pikir, kok sepi …… eee … ternyata mereka menunggu di depan pintu, saya tidak dapat melihat sebelumnya.
Ketika pintu saya buka, mereka telah siap dengan kue ulang tahun dan menyanyi happy birthday. Wouw ….. ini kejutan ! Saya kaget, tetapi senang. Mereka adalah Sing Oei tentu saja, Han ( Burhanudin) dan istrinya, Pek Hok dan anak istri istrinya serta Arief dan Rotua – istrinya. Sungguh-sunguh surprise ! Luar biasa !!! Saya senang sekali. Ternyata mereka mau merayakan 56 tahun hidup membiara saya. Mereka bilang : sebenarnya tidak cocok merayakan 56 tahun hidup membiara, lebih cocok adalah HUT – 55 tahun hidup membiara. Ach tidak apa-apa. Itu juga hanya mencari-cari alasan saja agar bisa mengadakan reuni kecil dengan meriah.
Br. Adrianus juga sudah siap hadir bersama saya untuk menunggu kedatangan mereka, karena sebelumnya Sing Oei minta agar Kepala SLB Don Bosco diiukutsertakan. Tetapi saya menyarankan agar Br. Adrianus saja yang adalah juga Pembina Adeco. Sing Oei setuju.
Acara pertemuan dilanjutkan dengan minum dan makan kue. Mereka membawa kue dan minuman sendiri. Ternyata acara itu sudah diorganisir sejak lama. Sing Oei mengatur koordinasi dengan teman-teman sekelasnya. Rotua / istri Arief mengurus konsumsinya. Hebat ! Semua teman sekelas diajak untuk datang, namun sayang tidak semua bisa datang karena berhalangan. Teman sekelas mereka adalah :
1. Sing Oei | 7. Didit |
2. Arief | 8. Acep |
3. Pek Hok | 9. Agus Susanto |
4. Han ( Burhanudin ) | 10. HeriatmoHeriatmo |
5. Liong | 11. Junardi |
6. Jarwo |
Sambil minum kami ngobrol ke sana ke mari mengenang masa lalu. Mereka ingat, saat itu saya belum menjadi suster. Saya masih menjadi calon suster, yang dipanggil sebagai Bu Tien, cantik sekali dan langsing …. Kata Sing Oei. Hahaha …. Sekarang tidak cantik lagi dan malahan gembrot pula, hehe ….. karena sudah dimakan usia. Dalam obrolan kami juga mengingat Sr. Myriam Therese, Kepala Sekolah yang galak, tetapI baik hati dan penuh cinta. Mengenang sr. Anna Maria yang juga adalah guru mereka, sayang sekali dia sudah tiada karena dipanggil Tuhan.
Setelah puas ngobrol, kami berkeliling ke kelas-kelas, terutama ke kelas nol, untuk mengenang masa lalu. Di kelas nol sekarang ada WC-nya, agar anak-anak tidak perlu terlalu jauh kalau mau pipis. Mereka cemburu …. karena pada waktu mereka duduk di kelas nol, belum ada WC-nya di kelas, sehingga harus berjalan jauh ke WC asrama ….. dan kalau lama ke WC, dimarahi karena terlalu lama di jalan. Memang mereka lama, karena suka mampir-mampir melihat snack-nya apa, dan main-main hehe ,,,,,
Anak-anak sekarang memang tidak kuat menahan pipis, karena mereka kurang terlatih sejak kecil untuk menahan pipis dan mengendalikannya, gara-gara penggunaan pampers. Maka bersyukurlah bahwa kita adalah generasi tanpa pampers, yang beruntung karena terlatih kuat mengendalikan keinginan pipis.
Setelah itu mereka juga saya ajak ke kelas-kelas SMP, kelas menjahit dan ruang belajar potong rambut dan salon kecantikan di Gedung baru. Kecuali itu mereka juga melihat Lokasi Protecda, tempat beberapa alumni DU dan DB berkarya. Tak lupa mereka juga saya ajak ke makam para suster untuk berziarah dan berdoa untuk Sr. Anna Mereka, mantan guru mereka yang sudah dipanggil Tuhan dan hidup dalam damai di surga.
Setelah lelah berkeliling, acara dilanjutkan dengan makan bersama. Rotua sudah memesan makanan dari Restoran Asia, yang sudah datang tepat pada waktunya. Mudah sekali pada jaman sekarang ini, bisa memesan makan siang yang dikemas dalam kotak dengan rapih. Maka suster yang sudah pensiun ini tidak repot mengurusi konsumsi acara tersebut.
Sehari sebelum acara reuni kecil, mereka juga berkunjung ke Don Bosco, Alma Mater mereka yang tercinta. Namun sayang sekali karerna para bruder yang dulu mendidik mereka sudah tiada : Br. Petrus, Br. Gerard, Br. Erminus dan lain-lain. Syukurlah ada Br. Adrianus bisa mewakili mereka. Ternyata Sing Oei cs juga sudah mengenal br. Adrianus, namun saat mereka bersekolah, Br. Adrianus masih sebagai calon bruder, namanya Br. Johan.
Acara reuni kecil pun berjalan dengan meriah, lancar dan sukses. Semuanya senang, dan berpisah dengan hati lega.
Penulis : Sr. Antonie PMY
Suster Antonie beruntung punya mantan murid Adeco karena mereka masih peduli pada Sr.Antonie yang udah lansia dan mantan guru mereka…. Itu merupakan kesempatan or momen langka sehingga tidak akan mudah terlupakan…. Semoga Tuhan memberkati teman Adeco yang berkunjung dan Suster Antonie amin…