Pada hari Minggu tanggal 27 Juli 2024, Tim Pembina ADECO Indonesia yang terdiri dari Sr. Antonie, Sr. Patricia dan Sr. Ester datang langsung dari Wonosobo ke Surakarta sebagai bentuk kepedulian terhadap anggota ADECO yang membutuhkan bantuan dan sedang sakit. Kami, sebagai perwakilan dari ADECO Surakarta yaitu Yayuk, Wildan, Murni dan Eki menemani Tim Pembina ADECO Indonesia berkeliling mengunjungi satu per satu anggota ADECO yang membutuhkan bantuan dan yang sakit di sekitar Surakarta.
Pagi itu, pukul 08.00, kami dari ADECO Surakarta sepakat bertemu dengan Tim Pembina ADECO Indonesia di Pompa Bensin Delanggu. Setelah bertemu, kami pun beriringan dengan dua mobil menuju ke rumah Kus, seorang alumni Don Bosco angkatan 1996. Kus telah mengalami gangguan jiwa sejak tahun 2008 karena terguncang setelah di-PHK (Pemutusan Hubungan Kerja) dan tidak berhasil mendapatkan pekerjaan lagi setelahnya. Setelah bertemu Kus, Tim Pembina mengajak kami berdoa bersama untuk kesembuhannya.
Setelah satu jam kunjungan di rumah Kus di Delanggu, kami bersama Tim ADECO Pembina melanjutkan perjalanan menuju Surakarta untuk mengunjungi Bu Nur, seorang alumni senior Dena Upakara (kakak kandung Bu Sri Wahyati) yang menderita stroke dan penyakit komplikasi lainnya. Puji syukur kepada Tuhan, kondisi Bu Nur sekarang sudah lebih baik dan ia sudah bisa berjalan tertatih-tatih tetapi masih agak lupa-lupa / sedikit pikun. Tim Pembina dan kami menyemangati Bu Nur agar segera pulih, sehat dan bisa beraktifitas kembali.
Kemudian, Sr. Antonie sangat ingin menengok Bu Bik Hwa, seorang alumni senior Dena Upakara. Setelah selesai mengunjungi Bu Nur, kami berusaha mencari alamat Bu Bik Hwa. Setelah berhasil mendapatkan alamatnya, kami pun meluncur ke rumah Bu Bik Hwa. Kami melewati jalan yang sempit dan akhirnya memarkir mobil di gang kecil agak jauh namun ada tempat parkir mobil. Kami berjalan kaki sebentar menuju rumah Bu Bik Hwa. Sr. Antonie sangat senang bertemu dan berbincang-bincang dengan Bu Bik Hwa serta menghiburnya. Ternyata Bu Bik Hwa sudah lama menderita stroke, sudah 3 tahun. Bu Bik Hwa memiliki seorang putra bernama Yoppie, juga seorang tuna rungu dan alumni Don Bosco angkatan 1989. Sekarang Yoppie dan Bapaknya yang merawat Ibunya yang sedang sakit stroke.
Tidak terasa sudah jam 12.00 siang, waktunya makan siang besama sambil berisitrahat di sebuah tempat makan “RAOS ECO” yang menyajikan masakan Jawa di Pucang Sawit, Surakarta. Setelah makan, kami melanjutkan kunjungan ke rumah Dewi Permatasari, alumni Dena Upakara yang mengalami gangguan jiwa sejak tahun 2012. Dewi Permatasari mengalami gangguan jiwa karena kehilangan bapaknya yang sangat disayanginya. Tim Pembina bertemu dengan ibunya Dewi Permatasari yang bersedih dan menangis karena kondisi Dewi Permatasari yang tidak kunjung membaik. Sr Antonie menenangkan dan menghibur ibunya Dewi Permatasari agar tetap bersabar dan kuat.
Dari rumah Dewi Permatasari, kami melanjutkan kunjungan berikutnya ke tempat kerja alumni Dena Upakara yaitu Nunung yang saat ini mengalami gangguan penglihatan karena hampir tidak bisa melihat. Mata Nunung hanya bisa melihat jika ada cahaya terang, dan tidak bisa melihat jika gelap atau kurang terang. Sr. Antonie menemui Nunung dan sempat kesulitan berkomunikasi karena Nunung sulit melihat. Akhirnya Sr. Antonie menulis di kertas agar Nunung bisa membaca dan memahami apa yang disampaikan Sr. Antonie. Nunung menjadi paham dan sangat bahagia bisa bertemu dengan Sr. Antonie. Bapak Susanto dan Bapak Chovi juga ikut datang naik motor untuk menemani Team Pembina.
Hari sudah sore, sekitar pukul 16.00 kami meninggalkan Surakarta menuju kota Wonogiri untuk mengunjungi Tari, alumni Dena Upakara yang juga mengalami gangguan penghlihatan. Mata Tari minus 20 lebih dan ia hidup sendirian. Tari mengajak Tim Pembina dan kami ke rumah kakaknya yang tidak jauh dari tempat tinggal Tari (rumah almarhum orang tua Tari). Saat berbincang di rumah kakak Tari, Sr. Antonie memberi wejangan yang sangat bagus mengenai 7Up. Kami dan Tari antusias membaca bibir Sr. Antonie karena wejangan mengenai tujuh 7Up bagus dan penting untuk diresapi.
Sr Antonie menjelaskan bahwa Perusahaan minuman 7Up milik orang Amerika yang gagal berusaha sampai 7 kali.
- Percobaan membuat minuman yang pertama gagal, tidak bisa dijual.
- Percobaan yang kedua juga gagal, begitu seterusnya tetap gagal sampai yang ke-6.
- Tetapi pada percobaan yang ke-7, berhasil : minumannya enak, disukai orang dan laris manis dijual di pasar.
- Lama kelamaan minuman itu terjual dan menghasilkan keuntungan yang sangat besar.
- Maka minuman itu disebut : Minuman 7Up. Kita sering menyebutnya minuman YUP. Haha ……
Dari pengalaman perusaahaan minuman itu kita dapat memetik pelajaran : “Kita tidak boleh menyerah kalau gagal. Harus berani mencoba lagi, mencoba lagi dan terus mencoba lagi”. Tidak boleh putus asa.
Itulah wejangan tentang 7Up yang disampaikan Sr. Antonie. Semoga bisa diresapi dan dipraktekkan oleh para ADECO, jangan mudah menyerah dan patah semangat.
Tidak terasa hari sudah gelap, sekitar jam 18.00 sudah waktunya kami kembali ke Surakarta dan mengakhiri acara kunjungan kami bersama Tim Pembina ADECO Indonesia. Team Pembina pun akan pulang kembali ke Wonosobo.
Sebelum berpisah dengan Team Pembina, kami berdoa bersama untuk keselamatan perjalanan pulang ke tempat tujuan masing-masing. Kami pulang dengan perasaan senang dan puas telah menemani Tim Pembina.
Diceritakan oleh Murniati, alumni DU 1987