Tahun Yubileum 2025 adalah “Peziarah Pengharapan”, tema tersebut berfokus khusus meliputi mendengarkan orang miskin, peduli ciptaan dan solidaritas dengan semua saudara-saudari kita salah satunya teman-teman disabilitas.
Jadi dibuatkan pentas pertunjukan UBK (Umat Berkarunia Khusus) berjudul “Sepertiga, Jika kita diberi kesempatan untuk mengulang kehidupan, akankah semuanya lebih baik?” yang sudah dipersiapkan selama berbulan-bulan sebelumnya sembari berjualan tiket nonton di booth bazaar oleh orang gereja setempat setelah misa.
Saat tiba hari-H pd tanggal 9 Februari 2025, saya dan teman-teman sesama disabilitas diundang untuk menonton UBK Talent Show di Aula GKP St.Matius Penginjil – Bintaro pada jam 12.30 siang setelah mengikuti misa Ekaristi. Kabar terakhir yang saya dengar, penjualan tiket udah mencapai 500 orang. Wow, luar biasa!

Acara pertunjukan UBK bagus, kami terus menonton acara tanpa berkedip satu kalipun, menonton adegan demi adegan walau diselingi ulah anak down syndrom yang agak-agak “rewel” padahal sudah ada pendamping yang tetap sabar menarik tangan anak UBK supaya kembali ke panggung dan melanjutkan pentas sampai selesai. Ada acara nyanyi, pantomim, tarian hingga pentas drama yang semuanya dimainkan oleh penyandang disabilitas sendiri meliputi disabilitas tunarungu, tunanetra, tunadaksa dan tunagrahita. Ada dua orang JBI (Juru Bahasa Isyarat) menerjemahkan apa yang 2 orang MC bicarakan di hadapan kami sebagai penonton supaya kami mengerti apa yang disampaikan oleh MC kata demi kata. Dan juga lagu pun diterjemahkan oleh JBI sehingga kami bisa ikut menyanyi.
Acara pentas yang dimainkan oleh UBK
Disediakan 2 orang JBI
Dari awal hingga akhir acara diselang-seling acara door prize dan lelang tiga buah lukisan tangan hasil karya UBK bersama Romo. Semua penonton berlomba menawarkan harga tertinggi untuk membeli salah satu lukisan, pada hitungan ketiga keluarlah penawar tertinggi yang berhak mendapat lukisan tersebut. Menarik sekali melihat suasana lelang tersebut sampai deal. Harga lelang paling mahal mencapai 3,7 juta untuk 1 lukisan. Hasil penjualan tiga lukisan tersebut disumbangkan untuk Gereja & hasil penjualan tiket nonton didonasikan untuk dua yayasan sosial dari Sumatera masing-masing sebesar 15 juta, yang sudah diterima langsung oleh orang Yayasan yang juga hadir ke aula Gereja.



Acara tersebut berlangsung hingga sore, diakhiri penukaran kupon untuk mendapat goodie bag yang berisi kotak snack dan botol minuman. Tentu saja tidak lupa sebelum pulang, saya dan teman-teman berfoto bersama di booth yang sudah disediakan menggunakan kupon. Habis jepret-jepret, foto langsung jadi dan bisa dibawa pulang untuk kenang-kenangan. Acaranya benar-benar keren!
Salam Hangat,
Akiun – Alumni DU Angkatan 1987 (Jakarta)