Minggu, Juni 15, 2025
No menu items!
spot_img
BerandaBerita AlumniBerbagi CeritaMENGUNJUNGI ADECO SEMARANG

MENGUNJUNGI ADECO SEMARANG

Pada tanggal 16 Januari yang lalu, Sr. Patricia dan saya ada kesempatan melanjutkan kunjungan kepada Adeco yang sakit dan lansia di Semarang. Sebelumnya kami lebih dahulu mengontak Mbak Budi Lestari atau BuLe (begitulah nama panggilan yang terkenal di kalangan Adeco Semarang), agar dia dapat memandu perjalanan kami. Dia memang sering blusukan ke rumah teman-teman Adeco Semarang, maka dia hafal alamat mereka.

Berangkat dari Wonosobo pada jam 04.30 dan tiba di Susteran PMY Semarang pada jam 07.00. Perjalanan lancar karena masih sepi di waktu pagi, udaranya pun segar karena belum begitu tercemar polusi dari asap bensin kendaraan. Sebentar kemudian BuLe tiba di susteran. Setelah sarapan, kami bertiga langsung meluncur ke rumah Didik yang beralamat di Gunung Pati, Semarang. Perjalanan ini pun lancar tanpa halangan suatu apa. Ternyata BuLe kurang hafal jalan menuju rumah Didik, maka dia minta bantuan Emma (Istri Sas/adik Didik) untuk memandu perjalanan ke sana. BuLe dan Emma sudah janjian dimana titik temunya, dan dengan mudah kami berjumpa dengan Emma yang sudah menunggu di titik temu.

Emma menyetir mobil sendiri dan kami mengikutinya dari belakang. Setelah tiba, kami disambut oleh istri Didik dengan ramah di depan pintu, lalu kami langsung menjenguk Didik. Aduuuuh ….. Didik terkulai lemah berbaring di tempat tidur yang diamankan dengan pengaman di tepinya agar tidak jatuh. Saya mencoba menyapa Didik, tetapi saya tidak tahu apakah Didik mengenali saya. Mungkin dia mengenali saya, tetapi tidak mampu mengungkapkannya. Dia dirawat di rumah setelah mengalami perawatan intensif di rumah sakit. Di kamarnya juga tersedia oxygen untuk membantu memudahkan pernafasannya. Pendek kata, Didik mendapat perawatan yang sangat baik.

Saya juga membawakan foto kolase teman sekelas Didik, semoga foto itu menjadi kenangan dan hiburan baginya. Saya harap dia masih bisa menangkap wajah teman-temannya pada foto itu.

Selesai mengunjungi Didik, kami melanjutkan perjalanan untuk menengok Soei di BSB Semarang. Mungkin kalian tidak mengenal dia lagi, karena dia sudah jarang keluar rumah, apalagi menghadiri pertemuan Adeco. Soei adalah adik kelas pak Sugiyono.  Dia tinggal di perumahan BSB bersama anak, menantu dan cucu – cucunya.

Waduuuh, perumahan BSB dijaga ketat oleh Satpam. Kami ditanyai mau mengunjungi siapa, di jalan apa dan harus meninggal KTP di pos Satpam itu. Ternyata rumah Soei tidak jauh dari pos Satpam. Kami mengetuk pintu, tidak didengar. Kami lama menunggu, tak ada yang keluar membukakan pintu. Lalu kami mencoba menunjukkan diri dan melambaikan tangan di depan camera CCTV. Setelah itu baru ada yang mengintai lewat jendela. Kami tahu, karena melihat ada orang yang membuka tirai jendela. Setelah itu, pintu baru dibuka.

Ternyata yang ada di rumah hanya pembantu, Soei dan cucunya. Pembantu itu keluar, tetapi tidak langsung mempersilahkan kami masuk. Dia menelpon menantu Soei dulu, dan mempersilahkan kami vidcall dengan dia. Setelah itu, kami baru dipersilahkan masuk.

Yach, jaman sekarang banyak penipu dan rampok sich, maka orang-orang sangat berhati-hati membuka pintu untuk tamu yang tidak dikenal. Hm ….. apa boleh buat !? Soei senang sekali, dan dia banyak bercerita. Kami lama ngobrol dengan dia untuk mengenang masa lalu. Dia masih ingat para suster Belanda yang dulu mengajarnya. Dia juga ingin sekali datang ke Wonosobo, tetapi bagaimana sudah tua …. Repot dengan perjalanan yang jauh.

Soei

Setelah puas mengobrol, kami melanjutkan perjalanan untuk mengunjungi Dewi di Peterongan Semarang. Semula Dewi pangling, tidak mengenal saya lagi, lama kelamaan baru mengenali. Lalu dia ingat bahwa saya galak ketika mengajar, haaaa……

Yang hebat dari Dewi adalah: dia tidak berkacamata lagi, padahal waktu di bersekolah di Wonosobo, dia berkacamata sangat tebal. Matanya sudah dioperasi dan berhasil. Puji Tuhan.

Dewi Semarang

Selesai mengunjungi Dewi, kami melanjutkan perjalanan untuk mengunjungi Tinik – Kustini. Dia sudah sembuh, syukurlah. Tetapi memang sering kambuh. Tentang Tinik ini, Intihaya akan menceritakan kunjungan kepada Tini ketika dia masih sakit. .

Sr. Antonie – Tinik dan ibunya yang sudah berumur 90 tahun.

 

Diceritakan oleh: Sr. Antonie Ardatin, PMY

RELATED ARTICLES

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

- Advertisment -spot_img

posting terupdate

Recent Comments

Andre Tjakra ( Alumni Don Bosco 2001) pada GANGGUAN MATA
Aning pada PENDERITAAN ELIZA
Aning pada TEMPE KEMUL
dewi murtindah pada TEMPE KEMUL
Aning pada Kisah Seorang Mirmo
dewi murtindah pada EDITORIAL
dewi murtindah pada EDITORIAL
dewi murtindah pada * Pelepasan Kerinduan Kita *
dewi murtindah pada ~Dena Upakara~
Aning pada ~Dena Upakara~
Andre Tjakra (Adeco Bandung dan ketua keluarga ADECO Bandung) pada Reuni Kecil Murid Pertama Saya
Rudianto pada EDITORIAL
Rudianto pada EDITORIAL
Tabita Setyowati pada EDITORIAL
error: Content is protected !!