Minggu siang, 16 Februari 2025, cuaca mendung diikuti hujan deras, seolah langit turut bersedih. Malam itu kabar berpulangnya Almh. Camaylia diumumkan melalui status WhatsApp oleh suaminya – Clint, yang dengan setia telah mendampinginya dalam perjuangan melawan penyakitnya. Dalam statusnya, Clint menuliskan bahwa sang istri, Almh. Camaylia, telah berpulang pada pukul 23.15 (di RS Siloam Semanggi). Berita duka itu dengan cepat menyebar dari satu grup WhatsApp ke grup lainnya Ucapan belasungkawa pun mengalir deras. Almh. Camaylia merupakan alumni SLB/B Dena Upakara Wonosobo, angkatan 1992, dan satu kelas dengan Yayuk, Emma, Henny, Dede, serta teman-teman lainnya. Ia kemudian pindah dan melanjutkan pendidikannya di SLB/B Pangudi Luhur (PL) di Jakarta.
Pada akhir November 2024 yang lalu, kabar tentang sakitnya Almh. Camaylia mulai beredar. Ia didiagnosis menderita kanker ovarium stadium 4, harus dirawat di rumah sakit dan bahkan sempat bolak-balik untuk mendapatkan penanganan medis. Berita itu mengejutkan kami semua, terlebih ketika ada kabar bahwa dokter pun sudah angkat tangan. Kondisi Almh. Camaylia begitu serius hingga tindakan kemoterapi pun tidak berani dilakukan karena kanker telah menyebar ke paru-parunya. Perutnya telah membesar menjadi tanda betapa ganas penyakit itu berkembang. Dokter mengungkapkan bahwa kanker itu telah ada selama 13 tahun tanpa disadari, tanpa rasa sakit, hanya tubuh yang semakin kurus dan perut yang membesar.
Mendengar kabar tentang kondisi RIP. Camaylia, teman-teman Tuli dari berbagai tempat segera menjenguknya. Antara lain Akiun, Mulyawan, Sandra, dan lainnya. Saat itu, RIP. Camaylia masih bisa diajak berbicara, meskipun tubuhnya sudah sangat kurus, hanya tinggal kulit pembungkus tulang, dan tampak begitu lemah. Dalam obrolan bersama teman-temannya, terungkap bahwa RIP. Camaylia tidak pernah tahu bahwa dirinya mengidap kanker. Ia mengira sakitnya hanyalah gangguan ovarium biasa. Akiun bercerita bahwa selain rasa sakit di bagian perut, RIP. Camaylia sering mengeluhkan nyeri di seluruh tubuhnya, seperti ditusuk-tusuk. Untuk mengurangi rasa sakit itu, ia harus dipijat-pijat agar tubuhnya terasa sedikit lebih nyaman.

Setelah RIP. Camaylia berpulang pada 17 Februari 2025, kami menantikan kabar lokasi persemayamannya. Melalui video yang beredar, Clint mengabarkan bahwa karena keterbatasan ruang di rumah duka, jenazah RIP. Camaylia terpaksa diinapkan di freezer selama dua hari. Syukurlah pada 18 Februari 2025, ruangan akhirnya tersedia, dan jenazahnya disemayamkan di Rumah Duka Husada, Jalan Mangga Besar Raya.
Jenazah Rip. Camaylia disemayamkan di rumah duka Husada

Pada Selasa pagi, Sr. Cecilia PMY serta Sr. Marwati PMY datang untuk melayat. Malamnya di rumah duka saya dan suami saya bertemu Akiun, Mulyawan, Salamah, Hendra, Rio, Mey Ing, Ci Cen-Cen dan Koh Gwan. Bersama-sama, kami masuk ke dalam ruangan, berdoa, dan memberikan penghormatan terakhir. Di depan kami, dalam peti tampak jenazah RIP. Camaylia terbujur tenang, wajahnya telah dirias dengan cantik, mengenakan gaun putih yang membuatnya tampak begitu anggun dalam keabadiannya.
Pukul 19.00 lewat sedikit, ibadah penghiburan pun dimulai. Karena sebagian besar pelayat adalah teman-teman Tuli, disediakan Juru Bahasa Isyarat (JBI), yaitu Bu Marcelina (Bu Lina), yang menerjemahkan setiap kata saat acara ibadah ke dalam bahasa isyarat. Suasana haru menyelimuti ruangan sepanjang ibadah yang berlangsung selama satu jam. Setelah ibadah selesai, kami menyempatkan diri untuk berfoto bersama, khususnya foto kenang-kenangan bagi teman-teman Adeco.



Usai berfoto, kami menyapa Clint yang kemudian menceritakan kronologi secara singkat kondisi RIP. Camaylia. Semua bermula pada malam di bulan Mei 2024. Sekitar pukul 01.00 dini hari, RIP. Camaylia tiba-tiba merasakan sakit luar biasa di perut hingga membangunkan Clint. Khawatir dengan kondisinya, mereka segera pergi ke Puskesmas namun dokter di sana mengatakan bahwa itu hanya masuk angin. Merasa ada yang tidak beres, Clint membawa RIP. Camaylia ke rumah sakit yang lebih besar, RS Husada. Setelah menjalani pemeriksaan lebih lanjut, dokter mendiagnosis ada miom di dalam perut Almh. Camaylia. Saat itu, dokter meyakinkan keluarga bahwa kondisinya bisa diatasi dan meminta mereka untuk tidak terlalu khawatir.
Saat operasi pengangkatan miom pada Juni 2024, karena miom menempel pada rahim maka seluruh rahim RIP. Camaylia harus diangkat, yang berarti ia tidak akan bisa hamil di masa depan. Bersamaan itu juga dilakukan operasi pengangkatan batu empedu. Usai operasi, dokter bedah keluar dari ruang operasi. Namun, bukannya membawa kabar baik, wajahnya justru tampak tegang. Clint yang menunggu dengan cemas langsung merasa ada sesuatu yang tidak beres. Biasanya, jika operasi berjalan sukses, dokter akan keluar dengan ekspresi lega dan penuh senyum. Namun kali ini, justru sebaliknya. Dokter kemudian memanggil keluarga dan Clint ke dalam ruangan untuk menyampaikan kabar yang mengubah segalanya. Dengan berat hati, dokter mengungkapkan bahwa bukan miom yang ditemukan, melainkan kanker ovarium yang telah membesar hingga 12 cm. Kabar itu mengejutkan semua orang, meninggalkan mereka dalam keterpakuan dan ketidakpercayaan.
Setelah pemeriksaan USG, RIP. Camaylia didiagnosis kanker ovarium stadium 4. Clint terkejut karena selama ini ia tampak sehat tanpa gejala. Dokter menjelaskan bahwa karena sudah mencapai stadium akhir, harapan untuk sembuh nyaris tidak ada. Kanker telah menyebar hingga ke paru-parunya, dan tubuhnya yang semakin lemah membuat tindakan kemoterapi sangat riskan. Dalam kondisi seperti itu, dokter pun angkat tangan.

Kami mendengarkan cerita Clint dengan perasaan campur aduk, membayangkan beratnya perjuangan Almh. Camaylia dan keluarganya. Ia telah berjuang selama sembilan bulan, sejak Mei 2024 hingga Februari 2025. Itu adalah hal yang luar biasa. Bahkan dokter pun terkejut, karena biasanya pasien dengan kanker stadium 4 hanya mampu bertahan sekitar tiga bulan. Namun, RIP. Camaylia bertahan hingga sembilan bulam, sebuah bukti keteguhan hatinya dalam menghadapi penyakit ini.
Setelah bercerita, Clint kembali menyapa tamu yang berdatangan. Kami pun berpamitan kepadanya dan Mama RIP. Camaylia, yang masih larut dalam kesedihan. Putri cantik itu telah kembali ke pangkuan Sang Bapa, meninggalkan kenangan abadi di hati semua yang mengenal dan menyayanginya.
Melalui Clint, RIP. Camaylia berpesan kepada teman-teman sesama wanita untuk lebih menjaga dan memperhatikan kesehatan. Sebab, ketika penyakit sudah menyerang, pengobatan bisa menjadi sulit, dan bahkan obat dari dokter pun memiliki keterbatasan.

Catatan Tambahan:
Wanita memiliki risiko lebih tinggi terkena beberapa jenis kanker dibandingkan pria. Beberapa faktor biologis, hormonal, dan gaya hidup berkontribusi terhadap hal ini. Jenis kanker yang sering terjadi pada wanita antara lain:
- Kanker Payudara: Paling umum pada wanita karena adanya jaringan payudara yang lebih besar dan sensitivitas terhadap hormon.
- Kanker Serviks: Disebabkan oleh infeksi HPV yang lebih sering menyerang wanita.
- Kanker Ovarium dan Endometrium: Hanya terjadi pada wanita karena terkait dengan organ reproduksi perempuan.
Kita perlu waspada dengan bahaya kanker dan harus peka dengan gejala-gejalanya. Makin cepat kanker terdeteksi, tingkat keberhasilan pengobatannya juga makin besar. Perlu dicermati gejala awal kanker yang perlu diwaspadai:
- Rasa lelah yang berlebihan
- Berat badan turun tiba-tiba
- Demam yang berulang pada malam hari
- Sakit kepala yang tidak membaik
- Muncul benjolan pada bagian tubuh
- Perubahan pada kulit
- Perubahan pada mulut
- Masalah pada BAB atau BAK
- Pendarahan di luar waktu mensturasi
- Batuk darah
Jika ada yang curiga dengan gejala-gejala di atas, segera hubungi dokter untuk diperiksa.
Terima Kasih.
—————————–
Ditulis oleh Enny Suharto (Onik), Alumni DU 1987
Narasumber: Clint (suami Almh. Camaylia), Akiun alumni DU, Rio alumni DB
Sumber: Halodoc, Alodokter, Jurnal MKMI, HerminaHospitals,