Kunjungan Sr. Antonie ke Jakarta telah lama direncanakan, dalam rangka melakukan kunjungan sosial kepada teman-teman ADECO yang telah lanjut usia, sedang sakit, mengalami kesulitan ekonomi, atau membutuhkan bantuan lainnya. Akhirnya, hari yang dinantikan pun tiba. Pada 25 Juli 2025, Sr. Antonie datang bersama Sr. Agnes (menggantikan Sr. Patricia yang berhalangan karena sakit). Saya dan suami menjemput mereka di Stasiun Gambir, lalu kami menikmati makan siang bersama dalam suasana hangat penuh cerita. Usai makan siang, kami mengantar Sr. Antonie dan Sr. Agnes ke Susteran PMY di Meruya. Di sana, kami disambut oleh Sr. Cecilia dan Sr. Marwati — dua suster yang dulu pernah berkarya di SLB/B Dena Upakara Wonosobo, yang kemudian pindah di SLB/B Pangudi Luhur Jakarta, dan kini telah memasuki masa pensiun.

Keesokan harinya, 26 Juli 2025, Sr. Antonie bersama Sr. Agnes dan Sr. Cecilia melakukan kunjungan sosial ke beberapa anggota ADECO yang membutuhkan perhatian dan dukungan. Kisah lengkap mengenai kegiatan ini dapat dibaca dalam artikel terpisah yang ditulis oleh Ci Annie. Kemudian pada 27 Juli 2025, tibalah hari yang dinanti-nantikan: pertemuan ADECO Jabodetabek di Aula Graha Pemuda – Gereja Katerdral. Sebelumnya tercatat ada 60 anggota ADECO yang mau hadir. Tidak disangka-sangka ada lebih dari 60 anggota ADECO yang hadir padahal biasanya hanya dihadiri sekitar 7 hingga 10 orang saja.. Kehadiran Sr. Antonie menjadi daya tarik tersendiri, membuat banyak teman bersemangat datang meskipun dari tempat yang cukup jauh. Acara dimulai pukul 13.00 WIB dengan makan siang bersama, menikmati nasi kotak yang telah disiapkan oleh Akiun. Setelah selesai makan, Henry selaku Ketua ADECO Jabodetabek pun membuka acara secara resmi. Selanjutnya, Akiun naik ke panggung untuk menyampaikan laporan singkat mengenai kegiatan kunjungan sosial yang dilakukan sehari sebelumnya. Dan momen yang ditunggu-tunggu pun akhirnya tiba — Sr. Antonie dipersilakan maju ke depan untuk memberikan sambutan hangatnya kepada seluruh hadirin.

Saat Sr. Antonie naik ke panggung, pandangannya langsung tertuju pada susunan kursi di aula. Karena seluruh peserta adalah teman-teman tuli, beliau mengingatkan bahwa susunan bangku sebaiknya dibuat melengkung, seperti yang biasa diterapkan di SLB/B Wonosobo — agar semua peserta dapat melihat wajah dan membaca gerak bibir pembicara dengan lebih jelas. Tanpa ragu, kami pun segera bergotong royong mengatur ulang kursi menjadi tiga baris melengkung. Suasana penuh semangat dan kekompakan terasa dalam proses sederhana itu. Setelah semua kembali duduk dengan posisi yang lebih nyaman dan inklusif, Sr. Antonie mulai menyampaikan pesan-pesan motivasi yang kuat dan menyentuh hati. Beliau mengajak kami semua untuk tidak hanya diam, melainkan berani tampil, percaya diri, dan tidak perlu merasa rendah diri. “Jangan sembunyi-sembunyi,” pesan Sr. Antonie, karena kalau kita terus bersembunyi, orang akan mengira kita tidak mampu atau bahkan bodoh.


Kemudian Sr. Antonie mengajak kami untuk bersama-sama bersorak penuh energi.
“Semangat!” serunya, diikuti oleh kami semua. Lalu beliau meminta diulang lagi, lebih keras, “Semangat! Semangat! Semangat!” Dan terakhir dengan penuh semangat, “Semangat! Semangat! Semangat! Yes! Yes! Yes!” Dafi disuruh maju untuk memimpin, “Semangat! Semangat! Semangat! Ya! Ya! Ya!” Kami pun berseru bersama sekuat tenaga. Untung saja aula cukup besar, jadi suara kami tidak sampai mengganggu ruangan sebelah, hahaha. Setelah suasana mencair, Sr. Antonie menyampaikan pengamatannya bahwa sebagian besar peserta yang hadir adalah ADECO senior, dan hanya sedikit dari kalangan ADECO junior. Beliau menyampaikan harapan agar saat beliau datang lagi ke Jakarta tahun depan, akan lebih banyak ADECO Junior yang ikut hadir dan terlibat aktif.

Sr. Antonie juga menyampaikan apresiasi yang besar atas terbentuknya Tim Pelayanan Sosial ADECO Jabodetabek, yang telah disampaikan oleh Akiun di awal acara. Tim ini terbentuk secara spontan sebagai wujud kepedulian terhadap teman-teman ADECO Jabodetabek yang sedang sakit, lanjut usia, atau membutuhkan bantuan. Awalnya, tim ini terdiri dari Ci Annie, Akiun, Muljawan, Ci Dewi Natalia, Mbak Evi, dan Bu Juniati. Kemudian bertambah dua anggota lagi, yaitu Bu Titik dan Bu Ivon. Yang luar biasa, seluruh kegiatan dilakukan dengan dana pribadi hasil iuran bersama — untuk membeli sembako serta ongkos transportasi saat melakukan kunjungan — tanpa menggunakan dana kas ADECO
Sr. Antonie menyampaikan apresiasinya atas kepedulian Tim Pelayanan Sosial ADECO Jabodetabek
Sr. Antonie juga menyampaikan harapannya agar teman-teman ADECO saling peduli dan memperhatikan satu sama lain, terutama mereka yang mengalami stres dan depresi.
Beliau mengungkapkan keprihatinannya karena menerima informasi bahwa ada 13 teman ADECO dari Jawa Tengah yang mengalami gangguan mental hingga harus ditangani oleh psikiater — sebagian besar dari mereka adalah generasi sebaya Andre – Bandung atau lebih muda lagi. Menurut beliau, stres sering muncul karena kesulitan dalam mengekspresikan diri, menyampaikan pikiran, atau keinginan secara bebas. Teman-teman ADECO juga menyampaikan pendapat bahwa faktor penyebabnya bisa beragam — mulai dari masalah jodoh, tidak memiliki pekerjaan atau penghasilan, tekanan dari keluarga/orang tua/lingkungan, hingga kehilangan orang tercinta. Oleh karena itu, Sr. Antonie menekankan pentingnya untuk tidak terlalu sering mengurung diri di rumah. Bergaul, berbagi cerita, dan berkegiatan bersama lewat pertemuan ADECO atau say hi kepada teman-teman atau pergi healing bisa membantu mengurangi rasa bosan, sekaligus menjadi cara efektif mencegah stres dan depresi.


Sr. Antonie juga tak lupa mempromosikan majalah digital ADECO Indonesia, yaitu MSMP (Melawan Sunyi Mengukir Prestasi). Beliau bertanya kepada seluruh hadirin: “Siapa yang pernah membaca MSMP?” Ternyata, hanya 9 orang yang mengangkat tangan—jumlah yang cukup mengejutkan. Dari situ diketahui bahwa banyak teman-teman belum paham cara mengakses majalah tersebut. Banyak yang mengira harus menggunakan aplikasi khusus, padahal tidak demikian. Cukup membuka browser di ponsel seperti Chrome, lalu mengetik alamat www.adecoindonesia.com, dan halaman MSMP pun bisa langsung diakses. Bagi yang belum tahu, langsung diajarkan cara membukanya. Sr. Antonie berharap teman-teman ADECO Jabodetabek dapat lebih aktif menulis untuk MSMP, karena selama ini kontribusi tulisan lebih banyak datang dari wilayah ADECO lainnya. Sr. Antonie juga menyampaikan kabar gembira bahwa sedang diadakan Sayembara Desain Logo untuk MSMP. Lomba ini terbuka bagi seluruh anggota ADECO dari berbagai wilayah. Bagi para pemenang, telah disiapkan hadiah menarik: Rp1.000.000. Sr. Antonie mengajak semua teman ADECO yang memiliki bakat desain untuk ikut berpartisipasi dan menunjukkan kreativitasnya. Pengumpulan karya desain ditunggu sampai 12 Oktober 2025 untuk kemudian dipilih.

Saat snack time di sore hari, kami menerima satu kotak snack yang telah disiapkan panitia. Sambil menikmati snack, Rio tampil di depan untuk memaparkan persiapan Reuni ADECO yang akan digelar akhir Desember mendatang. Di layar ditampilkan QRIS yang berisi tautan ke formulir pendaftaran. Teman-teman ADECO senior yang mengalami kesulitan dalam proses pendaftaran pun dibantu langsung oleh teman-teman lain. Begitu berhasil mendaftar, nama peserta otomatis muncul secara real-time dalam daftar peserta yang ditayangkan di layar—sungguh praktis dan menarik. Selain itu, Rio bersama Momi juga menyampaikan informasi penting mengenai dress code selama acara reuni serta mengingatkan agar seragam ADECO dibawa saat acara berlangsung nanti.

Menjelang akhir acara, Henry, selaku Ketua ADECO Jabodetabek, mempersilakan Sr. Antonie, Sr. Agnes, dan Sr. Cecilia naik ke panggung untuk menyampaikan kata penutup. Dalam pesannya, Sr. Antonie mengatakan bahwa dirinya dan Sr. Cecilia sudah lanjut usia, dan karena itu ia mengajak Sr. Agnes yang lebih muda untuk ikut serta agar bisa belajar mengenal serta berinteraksi langsung dengan teman-teman ADECO. Setelah itu, Henry menyerahkan suvenir kenang-kenangan kepada para suster sebagai bentuk terima kasih dan penghargaan. Dilanjutkan dengan doa bersama dipimpin oleh Sr. Antonie dengan cara Katolik, yang non Katolik bisa berdoa sesuai agama masing-masing. Sr Antonie mendoakan agar kami bisa pulang ke rumah masing-masing dengan selamat. Acara pun ditutup dengan sesi foto bersama yang penuh sukacita, sebelum akhirnya semua saling berpamitan dengan hati hangat dan senyum. Acara pun berakhir jam 17.00 sore.

Keceriaan teman-teman ADECO
Ditulis oleh Alumni DU 1987
Agustini Hasan (Akiun) dan Enny Suharto (Onik)