Saya bersama teman teman dari ADECO JABODETABEK berkunjung ke rumah Eliza di Citayam – Jakarta. Kami terdiri dari Dewi Natalia, Bu Juniati, Akiun, Evi, Muliyawan { alumni DB} dan saya sendiri. Sebelumnya kami telah merencanakan kunjungan ke rumah Eliza sejak 3 bulan lalu, ketika mendengar cerita dari Akiun mengenai Eliza yang mengalami kesulitan ekonomi, mengalami KDRT dan menderita stroke. Eliza sudah 4 tahun lamanya menderita stroke. Rencana kunjungan itu baru bisa terlaksanakan pada tgl 8 Maret 2025.
Di pagi hari yang cerah saya berangkat jam 7.30 ke rumah Dewi N di Citra 1, kira – kira 30 menit perjalanan. Sesampai di rumah Dewi langsung diantar anak Dewi untuk menjemput Akiun dan Muliyawan di Jembatan Baru – Daan Mogot Jakarta, kemudian menuju ke stasiun Juanda. Di sana bu Juniati sudah menunggu untuk berangkat bersama sama ke Citayam. Saya baru pertama kali itu naik kereta commuter. Ternyata naik kereta commuter nyaman, bersih dan tidak capek. Perjalanan ke Citayam makan waktu 1 jam dan di sana Evi sudah menunggu di stasiun Citayam. Sesampai di Citayam, kami berbelanja sembako seperlunya buat oleh-oleh untuk Eliza.
Sesampai di rumah Eliza, dia sedang tidur siang sendirian. Setelah dibangunkan, Eliza kaget bercampur haru karena banyak teman datang membezuk dan dia sungguh senang sekali atas kunjungan kami yang tak terduga. Terlebih lagi dengan oleh-oleh sembako yang telah lama diharapkan. Dia sungguh sangat kelaparan waktu kami berkunjung, karena dia menunggu suaminya pulang membawa makanan. Selama suami kerja di luar, dia setiap hari sendirian di rumah. Oh ya suaminya dari pagi sampai sore jadi pemulung dan malam hari jadi tukang parkir buat mencari sesuap nasi. Sebelum Eliza stroke, suaminya kerja jadi supir truck antar barang ke luar kota tetapi sejak Eliza stroke suaminya berhenti dan mengurus Eliza sampai sekarang. Lama kelamaan kehidupan semakin memprihatinkan, membuat pasturi itu semakin stress, yang mengakibatkan mereka saling emosional. Eliza sering berteriak teriak karena kelaparan, bawel dan cerewet, sedangkan suaminya makin tertekan karena kesulitan keuangan hingga sering memukul Eliza untuk melampiaskan kekesalan terhadap Eliza yang tiap hari bawel minta makan. Dia sudah lama hidup dalam kesulitan dalam hal ekonomi, maka mudah berputus asa ditambah sudah stroke bertahun tahun lamanya. Hidup sangat miskin dan hidup hanya berdua dengan suaminya adalah orang dengar.
Dilihat dari pandangan kami, sesungguhnya kami merasa kasihan sama Eliza karena masalah kakinya yang makin mengecil dan susah berjalan dengan baik, serta sifat Eliza yang belum dewasa, masih memiliki egoisme yang tinggi, sedangkan suaminya kelihatan tertekan , suka mabok-mabok dan melakukan KDRT. Perkawinan mereka sungguh berat.
Eliza membutuhkan dukungan moril dari kita – kita sesama alumni Adeco. Eliza mengalami diskriminasi berlapis – lapis, yaitu tuli, stroke, perempuan, KDRT, membutuhkan perhatian, layanan terapi, layanan psikologi, kebutuhan konsumsi dan lain-lain. Namun Eliza optimis untuk sembuh dari stroke. Semoga Eliza tetap ada semangat untuk semakin membaik dan berusaha merawat dirinya , mau berdandan walau sempat putus asa. Malah dia pikir mau cari suami lain . wkwkwkwwk….. Mungkin Eliza sebenarnya membutuhkan seorang suami yang bisa memenuhi kebutuhannya, tapi karena mendapat suami miskin sehingga dia semakin stress dan mengalami gangguan jiwa. Bagaimanapun Eliza perlu menerima kenyataan yang pahit ini. Sayang mereka sampai sekarang belum memiliki anak . Eliza ingin pulang ke rumah ibunya tetapi ibunya juga mengalami stroke dan tinggal bersama adiknya, Adiknya menolak menampung Eliza. Sungguh miris …..waktu Eliza sehat, Elizalah yang mengurus ibu dan adik adiknya memasak, membersihkan rumah dan kasih duit. Ibunya stroke Eliza yang merawatnya sendiri. Sekarang Eliza sendiri stroke, tidak ada adik atau saudara yang memperhatikannya. Sungguh malang nasibnya.
Dua tahun lalu saya pernah berkunjung ke rumah Eliza, keadaannya sangat prihatin, tidak bisa jalan, kaki bengkak karena diabetes, makan susah. Badannya sangat kurus. Semua dibantu oleh suaminya termasuk gendong ke mana mana . Saya mengajak mereka makan di rumah makan, terlihat mereka bahagia saat itu, bisa makan kenyang walau cuma saat itu saja.
Sekarang kondisi Eliza lumayan lebih baik daripada 2 tahun lalu, bisa jalan pelan pelan. Kaki tidak bengkak lagi tetapi malah mengecil sebelah. Ohya dia stroke sebelah kanan, maka makan agak susah. Dia termasuk malas karena kurang gerak. Akibatnya kaki mengecil dan bengkok. Kami memberi support agar Eliza memiliki semangat untuk sembuh. Dia sering mengeluh dan putus asa dengan keadaan sekarang karena ekomoninya sangat buruk. Selain itu, kami juga ke rumah Pak RT untuk minta bantuan agar membantu mengurus surat keperluan Eliza seperti : surat tidak mampu agar bisa berobat gratis, surat bantuan sosial / difabel . Sebenarnya Eliza sudah diberi bantuan usaha warung kecil dari dinas sosial, tetapi Eliza dan suaminya tidak bisa mengelola dengan baik. Modalnya dimakan habis karena ketiadaan dana untuk makan sehari hari. Lama kelamaan isi warung pun habis dan tutup. Kini mereka hanya mengandalkan uang hasil memulung dan tukang parkir yang tidak seberapa. Kami mengharapkan pak RT sungguh sungguh tergerak hatinya untuk membantu mengurus keperluan Eliza agar mendapat bantuan sosial dari pemerintah. Semoga !
“Jika kita bisa menerima dan merespons kenyataan hidup itu dengan bijaksana, dengan keikhlaskan hati dan dengan pikiran positif, maka kita akan melihat hal itu bukan sebagai masalah atau kesulitan hidup, melainkan sebagai ujian, peluang atau tantangan untuk mengatasinya.”
Moto itu bagus buat kita semua. Terima kasih.
Penulis: Liesda Andayani
ADECO JABODETABEK,
Alumni angkatan 83.
Terimakasih mbak Anie.