Seperti yang telah saya sharingkan dalam WA-grup AI (ADECO Indonesia), pada tanggal 24 April sampai tanggal 1 Juli 2025 yang lalu Sr. Antonie berkunjung ke Nederland. Ada acara kongregasi Suster PMY di sana, maka Sr. Antonie tidak sendirian, melainkan bersama rombongan yang terdiri dari 6 orang suster : 1) Sr. Lucy, 2) Sr. Emilia, 3) Sr. Assumpta, 4) Sr. Ignatia, 5) Sr. Stefani dan 6) saya sendiri. Rombongan besar ya !? Sr. Ignatia mewakili suster PMY Timor Leste, Sr. Lucy mewakili suster PMY Kalimantan ( sudah ada 2 suster PMY Kalimantan dan 1 calon dari Kalimantan) dan yang lainnya mewakili para suster PMY Jawa. Tidak ada yang mewakili suster PMY Sumba, walau sudah ada suster PMY dari Sumba, namun mereka masih muda dan masih dalam pendidikan.
Pada tahun ini para suster PMY baik yang di Nederland, Indonesia maupun Timor Leste merayakan Hari lahirnya Pastor Jacobus Antonius Heeren yang ke-250. Dari pemikiran beliau-lah kongregasi PMY berdiri untuk melayani orang miskin dan orang yang berkebutuhan khusus. Tanpa beliau tidak akan ada SLB / B Dena-Upakara di Indonesia. Dari inspirasi beliau, kongregasi PMY Nederland melayani berbagai anak berkebutuhan khusus : berkebutuhan khusus daksa, tuna grahita dan tunarungu. Kecuali melayani mereka yang berkebutuhan khusus, pastor Heeren juga peduli pada anak-anak yatim piatu, janda dan lansia. Maka kami merayakan syukur atas kelahiran beliau sebagai pribadi yang peduli kepada orang miskin dan berkebutuhan khusus. Kongregasi PMY Indonesia baru melayani anak-anak tunarungu di SLB/B Dena-Upakara Wonosobo, anak berkebutuhan khusus ganda di SLB/G Helen Keller Indonesia di Yogyakarta, SLB/ B – dan campuran SLB / Ganda St. Marie di Timor Leste, panti Lansia di Banyumas dan pelayanan orang berkebutuhan khusus di masyarakat yang tidak terjangkau oleh sekolah / institusi di Purwodadi – Purworejo, melayani petani miskin di masyarakat Klaten dan Purwodadi dan membantu orang miskin di Cilincing – Jakarta.
Bersama Suster dari Kongregasi Putri kasih- Cilincing, Sr. Theresianne berfoto besama penghuni rumahyang baru selesai direnovasi.
Berfoto bersama anak dari tuan rumah, Sr. Esther menikmati rumah yang baru direnovasi.
Setelah acara peringatan 250 tahun Pastor Jacobus Antonius Heeren usai, lima suster kembali ke Indonesia, namun Sr. Antonie masih tinggal di Nederland sebulan berikutnya lagi. Nach, pada waktu itu suster mempunyai kesempatan untuk mengontak Tientje, teman sekelas Dita Rukmini, Juniati, Sioe Lang, Ayun, Purwaningdyah, Tri Hartini dan Cecilia (RIP). Dan juga mengontak Lalan – asli Cirebon yang menikah dengan orang Belanda, yang kini dia bernama Lalan van der Ham. Kontak berhasil dan kami buat janji untuk bertemu. Mereka datang ke susteran PMY kami di Den Bosch pada suatu hari Sabtu, dengan mobil yang dikemudikan oleh Doke, orang tunarungu juga – lulusan SLB/B jl. Cicendo Bandung. Dia sangat trampil menyopir karena sudah terbiasa bekerja dan hidup di Nederland.
Semula Tientje tidak mau memberi tahu bahwa mau ikut datang ke susteran, karena mau bikin kejutan. Tetapi gagal …. hahaha. Maka saya kaget, kok tiba-tiba ada telpon dari Tientje. Kegagalan itu gara-gara si Google tidak bisa memberi petunjuk yang jelas tentang rute yang harus ditempuh menuju ke susteran, padahal sudah dekat sekali. Terpaksa suster menjemputnya dengan mobil, menuju ke tempat mobil Doke berhenti, lalu memandu mereka menuju ke alamat kami.
Kami lama omong-omong di susteran, saling bercerita tentang pengalaman suka duka hidup di Nederland, berkeliling melihat gedung susteran, dan berfoto di kebun. Mereka tidak menerima tawaran untuk makan siang di susteran. Sebaliknya mereka mau mentraktir makan di restoran. Syukurlah suster tahu alamat restoran China yang ada di kota, dan kami berjalan menuju ke sana karena dekat.

Suster senang bisa bertemu mereka, untuk membangun relasi dengan mereka yang tinggal jauh dari tanah air. Walau jauh, tetapi dekat di hati, seperti ada pepatah yang mengatakan “ jauh di mata dekat di hati “.

Salam saya,
Sr. Antonie