Rabu, Juni 18, 2025
No menu items!
spot_img

ALEXANDER GRAHAM BELL

Alexander Graham Bell dikenal sebagai seorang ilmuwan, penemu, dan insinyur yang memiliki kontribusi besar dalam dunia komunikasi. Ia adalah salah satu tokoh utama di balik penemuan telepon, sebuah inovasi yang merevolusi cara manusia berkomunikasi. Namun, perannya tidak hanya terbatas pada bidang telekomunikasi. Bell juga sangat berperan dalam pengembangan metode komunikasi bagi penyandang tuna rungu. Di sepanjang hidupnya, ia memegang lebih dari 18 hak paten atas berbagai penemuannya.

Graham Bell saat masih muda

      Graham Bell lahir pada 3 Maret 1847 di Skotlandia. Sejak kecil, ia tumbuh dalam lingkungan yang erat kaitannya dengan ilmu suara dan komunikasi. Ayah, kakek, dan saudara laki-lakinya merupakan ahli dalam bidang pidato dan pengucapan, sementara ibu dan istrinya adalah penyandang tuna rungu. Kondisi inilah yang mendorong Bell untuk menaruh perhatian lebih pada teknologi suara dan komunikasi, yang kemudian menjadi fokus utama dalam hidup dan pekerjaannya. Selain sebagai seorang penemu, ia juga dikenal sebagai pendidik yang membantu penyandang tuna rungu mengembangkan kemampuan berbicara.

     Pada tahun 1870, Graham Bell bersama keluarganya pindah ke Brantford, Ontario, Kanada. Di sana, ia mendirikan bengkel dan melanjutkan studinya mengenai suara manusia. Ketertarikannya terhadap dunia akustik dan ketulian telah tumbuh sejak lama, mengingat ibunya mengalami gangguan pendengaran yang hampir total. Selain itu, baik ayah maupun kakeknya telah melakukan penelitian ilmiah mendalam mengenai suara dan cara berkomunikasi.

      Di bawah bimbingan ayahnya, Alexander Melville Bell, Graham Bell mulai mempelajari sistem komunikasi sejak usia muda. Ia semakin aktif dalam bidang ini dan akhirnya pindah ke Boston pada tahun 1871. Di sana, ia mengajar anak-anak tuna rungu untuk berbicara dengan menggunakan serangkaian simbol yang disebut Visible Speech, sebuah metode yang dikembangkan oleh ayahnya.

      Dedikasi Graham Bell dalam bidang sains dan pendidikan menjadikannya salah satu tokoh paling berpengaruh dalam sejarah. Tidak hanya sebagai penemu telepon, tetapi juga sebagai pelopor dalam dunia pendidikan bagi penyandang tuna rungu. Warisannya terus hidup dalam berbagai teknologi komunikasi yang kita gunakan hingga saat ini.

Alexander Graham Bell dan Istrinya, Mabel Hubbard
Pada tahun 1872, dengan dukungan finansial dari Gardner Hubbard—yang kelak menjadi ayah mertuanya—Alexander Graham Bell mendirikan sebuah sekolah di Boston, Massachusetts. Sekolah ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan bicara para penyandang tuna rungu, penderita gagap, serta mereka yang mengalami kesulitan artikulasi. Ia menamainya Sekolah Fisiologi Vokal, di mana metode pengajaran utamanya menggunakan sistem Visible Speech yang dikembangkan oleh ayahnya.

Graham Bell dengan istrinya yang tuna rungu (Mabel Hubbard)

      Selain mengajar di Boston School for Deaf Mutes, Bell juga mengabdikan ilmunya di Clarke School for the Deaf di Northampton, Massachusetts, serta American School for the Deaf di Hartford, Connecticut. Di sinilah ia bertemu dengan salah satu muridnya, Mabel Hubbard, putri dari Gardner Greene Hubbard, seorang pendiri Clarke School.

Dengan murid-murid di Boston School for Deaf-Mutes, Boston, Massachusetts, USA.
Alexander Bell berdiri di atas kanan

      Mabel kehilangan pendengarannya pada usia lima tahun akibat demam berdarah yang hampir merenggut nyawanya. Pada tahun 1873, saat Mabel berusia 15 tahun, Bell mulai membimbingnya dalam latihan berbicara. Meskipun ada perbedaan usia 10 tahun, keduanya saling jatuh cinta dan akhirnya menikah pada 11 Juli 1877. Pernikahan ini semakin mempererat hubungan Graham Bell dengan komunitas tuna rungu dan memperkuat dedikasinya dalam membantu mereka berkomunikasi secara verbal.
Dari pernikahan mereka, Bell dan Mabel dikaruniai empat orang anak—dua putri dan dua putra. Sayangnya, kedua putra mereka meninggal dunia saat masih bayi.

Alexander Graham Bell dengan Mabel Hubbard
dan putrinya Elsie (kiri) and Marian (kanan).

Penemuan Telepon
Pada tahun 1871, sembari mengejar kariernya sebagai pengajar, Alexander Graham Bell mulai mengembangkan telegraf harmonik—sebuah perangkat yang memungkinkan pengiriman beberapa pesan sekaligus melalui satu kabel. Namun, Bell memiliki visi yang lebih besar: ia ingin menemukan cara untuk mentransmisikan suara manusia melalui kabel.

     Pada tahun 1875, bersama asistennya, Thomas Watson, Bell berhasil menciptakan penerima sederhana yang mampu mengubah sinyal listrik menjadi suara. Penemuan ini menjadi langkah awal menuju terciptanya perangkat telepon. Puncaknya, pada 7 Maret 1876, Bell secara resmi memperoleh hak paten atas telepon, menandai momen penting dalam sejarah komunikasi dunia.

Perkembangan telpon yang diciptakan oleh Bell

    Setahun kemudian, pada 1877, Bell mendirikan Bell Telephone Company di Boston, Massachusetts. Perusahaan ini terus berkembang pesat dan menjadi fondasi dari industri telekomunikasi modern. Kini, perusahaan tersebut dikenal sebagai AT&T, salah satu raksasa telekomunikasi terbesar di dunia. Penemuan telepon oleh Graham Bell mengubah cara manusia berkomunikasi, memperpendek jarak, dan membuka era baru dalam teknologi komunikasi yang terus berkembang hingga saat ini.

Sumber: Kumparan, Kompas, Wikipedia, Biography, Judy Duchan, Phamkha

Ditulis oleh: Enny Suharto (Onik)
Alumni DU Angkatan 1987

Artikulli paraprak
Artikulli tjetër
RELATED ARTICLES

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

- Advertisment -spot_img

posting terupdate

Recent Comments

Andre Tjakra ( Alumni Don Bosco 2001) pada GANGGUAN MATA
Aning pada PENDERITAAN ELIZA
Aning pada TEMPE KEMUL
dewi murtindah pada TEMPE KEMUL
Aning pada Kisah Seorang Mirmo
dewi murtindah pada EDITORIAL
dewi murtindah pada EDITORIAL
dewi murtindah pada * Pelepasan Kerinduan Kita *
dewi murtindah pada ~Dena Upakara~
Aning pada ~Dena Upakara~
Andre Tjakra (Adeco Bandung dan ketua keluarga ADECO Bandung) pada Reuni Kecil Murid Pertama Saya
Rudianto pada EDITORIAL
Rudianto pada EDITORIAL
Tabita Setyowati pada EDITORIAL
error: Content is protected !!