Namanya Erna Rachmawati, seorang alumni SLB/B Dena Upakara yang lahir pada tahun 1981 dan dibesarkan di Semarang. Pada bulan Juli 1986, ketika berusia 5 tahun, Erna diantar oleh orang tuanya untuk mulai bersekolah di SLB/B Dena Upakara. Harapan mereka adalah agar Erna bisa belajar bicara dengan artikulasi yang baik, diajari membaca dan menulis, serta mampu berkomunikasi dengan baik. Erna tinggal di asrama SLB/B Dena Upakara, sementara orang tuanya secara rutin mengunjungi Erna setiap akhir pekan, menempuh perjalanan bolak-balik Semarang – Wonosobo. Setelah lima tahun bersekolah di SLB/B Dena Upakara, pada tahun 1991, di usia 10 tahun, Erna pindah ke sekolah dasar umum.
SD umum yang dipilih orang tua Erna adalah SD Theresiana 2 di Semarang, kota kelahiran Erna. Dengan demikian, Erna kembali dekat dengan orang tuanya dan dapat bersekolah di bawah pengawasan mereka. Sebelum diterima masuk SD Theresiana 2, Erna diminta untuk menjalani tes mata pelajaran matematika untuk menilai kemampuannya dan menentukan kelas berapa yang sesuai dengan kemampuannya. Beberapa hari sebelum tes tersebut, Mama Erna membantu mengajarkan matematika sehingga Erna dapat mengerjakan tes dengan baik. Erna ditempatkan di kelas 4 SD Theresiana 2. Selama proses perpindahan sekolah dari SLB/B ke SD Theresiana 2, orang tua Erna terus memberikan dukungan agar Erna dapat beradaptasi dengan baik di lingkungan barunya. Papa Erna pun sering membantu memperbaiki artikulasi Erna bila ada salah bicara, agar Erna bisa bicara dengan baik dan bergaul dengan teman-teman dengar.
Pada hari pertama masuk sekolah, Mama Erna mengantar dan menemani Erna ke kelas barunya, membantu Erna berkenalan dengan teman-teman sekelas. Mama Erna juga menunggu Erna di sekolah selama tiga hari berturut-turut hingga pelajaran selesai untuk memberikan dukungan psikologis, sehingga Erna tidak merasa sendirian, takut, dan merasa aman di lingkungan sekolah yang baru. Agar tidak ketinggalan pelajaran, Mama Erna mendampingi Erna belajar selama sebulan pertama di SD, selama masa penyesuaian di sekolah umum. Setelah itu, Erna diberi les privat agar lebih menguasai dan memahami pelajaran dari sekolah. Ketika menghadapi ulangan, Erna mampu belajar sendiri dengan tambahan les privat sehingga dapat mengikuti ulangan dengan baik.
Setelah lulus dari SD Theresiana 2, Erna diterima di SMP Maria Mediatrix yang juga berlokasi di Semarang. Pada hari pertama masuk SMP, Erna juga diantar dan ditemani oleh Mama. Mama Erna membantu Erna berkenalan dengan teman-teman baru dan menjelaskan bahwa meskipun Erna tidak bisa mendengar, ia bisa membaca bibir. Teman-temannya mengerti dan menerima Erna sebagai teman baru. Mengenai kesulitan-kesulitan ketika bersekolah di sekolah umum, Erna bercerita bahwa selama pelajaran di kelas, ia selalu ditempatkan di barisan paling depan supaya bisa dekat dengan guru dan bisa menangkap perkataan guru. Namun, Erna tetap kesulitan membaca bibir guru yang mengajar karena guru berbicara terlalu cepat.
Erna ingat kejadian saat ulangan mata pelajaran Sejarah yang dilakukan secara lisan. Karena kesulitan membaca bibir guru, Erna menceritakan hal ini kepada orang tuanya. Orang tua Erna kemudian menghubungi Pak Yoyok, guru Sejarah, dan menjelaskan kesulitan Erna mengikuti ulangan secara lisan. Setelah itu di ulangan berikutnya, Pak Yoyok menyiapkan soal-soal tertulis untuk Erna, sementara teman-teman lainnya tetap mengikuti ulangan secara lisan. Dengan demikian, Erna tidak lagi kesulitan mengikuti ulangan-ulangan selanjutnya.
Orang tua Erna terus mendukung dan mendorong Erna mulai dari SD Theresiana 2, SMP Maria Mediatrix, hingga SMU Sedes Sapiensiae di Semarang. Sejak masuk SMU, Erna mulai mandiri dan tidak lagi diantar atau ditemani Mamanya. Erna sudah bisa mencari teman sendiri dan berbaur dengan teman-teman dengar. Tantangan demi tantangan bisa diatasi secara mandiri. Dari SD, SMP, hingga SMU, selain belajar sendiri, Erna juga mendapat les privat untuk menghadapi ulangan hingga berhasil lulus SMU dan diterima di Universitas Tarumanagara jurusan Ekonomi di Jakarta, jauh dari Semarang.
Masa-masa perkuliahan merupakan momen yang tak terlupakan bagi Erna. Sebelum kuliah dimulai, Mama Erna menemani Erna menginap di kos selama seminggu. Mamanya mengajak Erna berkenalan dengan semua teman-teman kos di satu lantai agar bisa saling mengenal. Pada awal perkuliahan, selalu ada kegiatan Ospek (Orientasi Studi dan Pengenalan Kampus) yang mewajibkan mahasiswa baru membawa atau memakai barang-barang lucu yang diminta oleh para mahasiswa senior. Erna merasa lega karena tidak sendirian, ada Mamanya yang menemaninya berburu barang-barang kebutuhan Ospek. Masa-masa kuliah sangat menyenangkan bagi Erna karena sering hang out dengan teman-teman kos satu lantai ke mall pada malam minggu sehingga tidak merasa kesepian jauh dari keluarga. Erna juga sering pergi keluar makan bersama teman-teman di warung dan merasa senang berteman dengan teman-teman dengar di kos.
Erna berhasil menyelesaikan kuliahnya dengan sukses dan diwisuda, meraih gelar sarjana Ekonomi. Orang tua dan keluarga Erna merasa bangga dengan pencapaian dan perjuangan Erna. Orang tua Erna telah mendukung pendidikan Erna sejak dipindahkan dari SLB/B Dena Upakara, SD, SMP, SMU, hingga kuliah. Untuk adik-adik yang masih bersekolah di SLB/B dan ingin melanjutkan ke sekolah umum, Erna berpesan agar jangan takut bergaul dan berkomunikasi dengan teman-teman dengar, serta pantang menyerah dan maju terus hingga berhasil. Demikianlah cerita pengalaman luar biasa tentang Erna, yang kini telah berkeluarga dengan suami dan dua anak yang sehat.
Ditulis oleh Enny Suharto (Onik)
Berdasarkan hasil wawancara dengan Erna