Sabtu, Desember 21, 2024
No menu items!
spot_img
BerandaBerita AlumniBerbagi CeritaKunjungan Pembina Adeco Di Tempat Kediaman Beberapa Adeco Yogyakarta

Kunjungan Pembina Adeco Di Tempat Kediaman Beberapa Adeco Yogyakarta

        Sebuah cahaya menghampar pada sebagian besar kaca kendaraan empat roda. Mobil itu tampaknya berjalan melaju ke suatu tempat yang telah ditentukan beberapa hari yang lalu. Mobil itu diisi oleh beberapa orang yang akan memulai kegiatan kunjungan beberapa Adeco di Yogyakarta. Mereka yang melaksanakan kegiatan itu ialah Suster Antonie, Suster Patricia, Pak Giek, Mas Putut dan sopir. Pak Giek yang memandu jalan ke rumahnya dan Mas Putut selaku ketua Adeco Yogyakarta. Kegiatan kunjungan itu berlangsung sejak tanggal 24 juni hingga tanggal 26 juni 2024.

        Hari Pertama :

       Pada tanggal 24 juni 2024 pukul 07.30, lokasi awal yang hendak mereka datangi di Yogyakarta bagian utara. Lokasi kediaman Adeco Yogyakarta yang pertama dikunjungi oleh mereka ialah Ny.Sri Widati ( biasa dipanggil bu Wiwik), alumni Dena Upakara tahun 1974. Mereka mengunjungi bu Wiwik untuk mengetahui bagaimana kabarnya karena Ia jarang datang hadir pertemuan Adeco Yogyakarta. Serta tidak bisa berlama-lama pergi keluar. Setelah menengok sebentar, mereka pamit melanjutkan mengunjungi kediaman berikutnya.

Bersama dengan Sri Widati (Wiwik)

        Lokasi kediaman berikutnya ialah kediaman bu Tukinah, mantan guru kelas persiapan Dena Upakara sebelum bu Tumir masuk. Beliau pensiun dini dari DU. Saat ini, Bu Tukinah agak pelupa dan tinggal bersama dengan suaminya bapak Pujiadi (alumnus Don Bosco angkatan tahun 1966) di desa Turi. Saat itu, mereka tidak dapat menemui suaminya karena sedang bekerja di ladang. Tetangganya membantu mencarinya, tetapi tidak bertemu. Gagal ! Setelah menengok, mengobrol dan menyantap minuman yang disediakan, mereka kembali melanjutkan kegiatan kunjungan Adeco Yogyakarta berikutnya.

Bersama dengan bu Tukinah

     Adapun kediaman Adeco Yogyakarta selanjutnya yang hendak dikunjungi ialah kediaman Bapak Hadi Sutopo.

Bapak Hadi Hustopo sedang mengobrol dengan Sr. Antoni dan Sr. Patricia

        Bapak Hadi Sutopo alumni Don Bosco angkatan tahun 1964 yang saat ini tinggal di Minomartani. Mereka mengunjunginya untuk mengetahui bagaimana kabarnya dan saat ini Ia memiliki gangguan tenggorokan ketika bicara. Beliau jarang hadir pada pertemuan Adeco, tidak memiliki HP untuk berkomunikasi dengan teman-teman Adeco Yogyakarta. Setelah menengok Bapak Hadi Sutopo, rombongan pamit kembali melanjutkan kegiatan kunjungan. Lokasi kediaman berikut yang hendak dikunjungi oleh mereka adalah kediaman Ny. Ratna Indrawati Gunarso.

Berfoto dengan Ibu Ratna Indrawati Di rumah – perumahan Minomartani, Yogyakarta.

       Kediaman bu Ratna Indrawati berada di lokasi yang sama dengan lokasi kediaman Pak Hadi Sutopo. Suami bu Ratna ialah RIP Chr. Gunarso (alumni Don Bosco tahun 1965). Beliau mendapatkan jaminan pensiunan dari kantor Puskat daerah Kotabaru – Yogyakarta adalah tempat kerja (kantor) RIP Chr. Gunarso. Walaupun kantor Puskat Kotabaru merupakan kantor swasta. Ketika bercakap-cakap dengan suster Antonie, bu Ratna ditanya alumni Dena Upakara tahun berapa. Ratna Gunarso mengaku lupa lulus tahun berapa bahkan tidak pernah berkontak dengan teman-teman sekelas Dena Upakara. Ternyata bu Ratna adalah lulusan Dena Upakara Tahun 1967.

     Setelah menengok sebentar, rombongan pamit kembali melanjutkan kegiatan kunjungan ke Adeco Yogyakarta lain. Lokasi kediaman Adeco Yogyakarta yang akan dikunjungi ialah kediaman ibu Nastiti dan bapak Eko Cahyono, di perumahan RS Bethesda. Bapak Eko Cahyono pensiunan RS Bethesda (Rumah Sakit Kristen) – Yogyakarta.

Bersama bu Nastiti dan pak Eko Cahyono di depan rumahnya.

        Lokasi kediaman bu Nastiti dan pak Eko Cahyono di perumahan RS Bethesda jalan Kaliurang. Ibu Nastiti alumni DU tahun 1970 dan Eko Cahyono alumni Don Bosco tahun (?) merupakan sepasang Tuli yang tidak memiliki sarana transportasi untuk menghadiri acara pertemuan Adeco dan tidak memiliki HP untuk mengetahui informasi pertemuan Adeco. Mas Putut selaku ketua Adeco Yogyakarta dalam wawancara pada hari Rabu, 7 Agustus 2024 mengungkapkan bahwa setiap kali hendak melaksanakan pertemuan Adeco, biasanya memberitahu melalui WA grup tetapi juga mesti memberitahu dengan mendatangi ke rumahnya. Tetapi kendalanya adalah memakan tenaga dan waktunya. Di situ mereka mengobrol sejenak dengan pasutri Tuli itu.

        Pada saat itu, bu Nastiti mengetahui bahwa mereka (Suster Antonie, Suster Patricia, Pak Giek dan Mas Putut) akan mengunjungi kediaman bu Murni di desa Nanggulan, Kabupaten Kulon Progo. Ibu Murni merupakan teman sekelas Nastiti yang sudah lama tidak bertemu sejak 25-30 tahun yang lalu. Oleh karena itu, bu Nastiti minta ijin mau ikut mengunjungi dan permintaannya itu disetujui asalkan datang ke SLB HKI Wirobrajan pada pukul 07.30 tepat waktu. Setelah mengobrol sebentar, rombongan pamit meninggalkan kediaman bu Nastiti dan pak Eko Cahyono.

      Karena masih ada waktu sebelum mengakhiri kegiatan kunjungan hari pertama, rombongan akhirnya memilih mengunjungi kediaman Ci Yiyin alias bu Ratna Kumalawati yang berlokasi di jalan Kranggan Yogyakarta. Tidak ada alasan khusus ia dikunjungi. Ia dikunjungi hanya sekedar mengetahui bagaimana kabar dan kondisinya. Tidak lama kemudian, mereka berfoto bersama dan pamit.

Sedang mengobrol dengan Ci Yiyin di rumahnya Jalan Kranggan, Yogyakarta

        

         Hari kedua :

        Tanggal 25 Juni 2024 pukul 07.30 di SLB HKI Wirobrajan. Bersama dengan bu Nastiti dan pak Eko Cahyono ( datang 3 menit sebelum tiba pukul 07.30, untunglah!), rombongan (Suster Antonie, Suster Patricia, Pak Giek dan Mas Putut) memulai perjalanan ke wilayah Yogyakarta bagian barat. Adapun lokasi kediaman Adeco Yogyakarta yang akan didatangi pada hari kedua adalah kediaman bu Murni di Nanggulan, alumni Dena Upakara tahun 1970, teman sekelas bu Nastiti. Sebelum sampai kediaman bu Murni, rombongan diantar oleh kakak ipar bu Murni terlebih dahulu. Ketika sampai rumahnya, kakak ipar kesulitan memanggil bu Murni karena terkunci dari dalam rumah dan sudah memanggil melalui lampu namun tidak kunjung respon dari bu Murni. Akhirnya diakal oleh Mas Putut dengan menggunakan tiang bambu yang diikat bendera lalu mengibarkan di atas rumahnya karena atapnya terbuka. Alhasil bu Murni melihat dan membuka pintunya. Namun setelah membuka pintu, rombongan disambut dengan bentakan bu Murni. Kaget bahkan suasananya agak canggung! Bu Murni melarang keras adik kandungnya menginap di rumahnya. Tidak lama kemudian, suasananya mereda dan rombongan menengok bu Murni untuk mengetahui kabarnya karena tidak pernah hadir pada pertemuan Adeco. Ia diketahui selalu berada di rumah dalam kondisi terkunci dari dalam rumahnya. Pada saat bersamaan itu, bu Nastiti akhirnya bertemu bu Murni setelah sekian lama tidak bertemu dan mereka mengobrol. Setelah cukup ngobrol rombongan pamit untuk melanjutkan kegiatan kunjungan lokasi kediaman berikutnya. Sebelum pamit, Suster Antonie berpesan pada Murni untuk tidak membentak-bentak atau marah-marah kepada orang lain tanpa alasan.

      Setelah itu, rombongan melanjutkan mengunjungi lokasi berikut. Adapun lokasi selanjutnya yang hendak dikunjungi ialah kediaman bapak Supriyono, alumni Don Bosco tahun 1974.

Ngobrol bersama pak Supriyono  di teras rumahnya

        Kediaman Bapak Supriyono diketahui berlokasi di desa Nanggulan, Kabupaten Kulon Progo, tidak jauh dari rumah bu Murni . Rombongan mengetahui kabar pak Supriyono bahwa kondisi penglihatannya memburuk. Untuk akses komunikasi, dibutuhkan tempat yang terang. Setelah itu, mereka mengobrol-ngobrol sejenak sebelum melanjutkan kegiatan kunjungan terakhir. Setelah pamit, rombongan melanjutkan mengunjungi bu Isbani alumni Dena Upakara tahun 1967 yang kini tinggal di Panti Werdha/Lansiadesa Boro daerah Nanggulan, Kab. Kulon Progo. Bu Isbani sangat menikmati dan merasa betah tinggal di Panti Werdha, Di sana, jumlah lansia yang tinggal di panti werdha ada 32 orang termasuk bu Isbani. Dia gembira mendapat kunjungan itu.

Berfoto Bersama bu Isbani di Panti Wredha

        Setelah itu makan siang di warung kopi klotok di Menoreh. Di sana mereka makan siang sambil istirahat setelah mengunjungi beberapa kediaman Adeco Yogyakarta. Ada cerita lucu dari pak Giek. Pak Giek diketahui suka kopi, kesukaan pak Giek terhadap kopi membuat Suster Antonie penasaran dan mencoba mencicipi kopi. Oleh karena itu, Pak Giek mempersilakan Suster Antonie untuk memesan minum kopi. Setelah minuman kopi datang, Suster Antonie lantas mencoba dan minum kopi. Alhasil pada jam malam, Suster Antonie tidak bisa tidur hingga jam 12 malam akibat minum kopi. Waduh!  Pak Giek yang setelah mengetahui pun tertawa Suster Antonie kapok minum kopi (hihihi..). Usai makan siang, rombongan kembali dalam perjalanan pulang ke rumah masing-masing. Bu Nastiti dan pak Eko Cahyono diantar oleh suster Patricia dengan sopirnya pulang ke rumahnya.

      Hari ketiga :

Dari kiri ke kanan: Sr. Antonie, Yusuf Ismail, Wahyu, Sr. Patricia

   Tanggal 26 Juni merupakan akhir dari kegiatan kunjungan Adeco Yogyakarta oleh Suster Antonie, Pak Giek, Mas Putut dan Suster Patricia. Lokasi yang akan dikunjungi di Yogyakarta bagian timur. Adapun lokasi kediaman yang akan dikunjungi oleh rombongan ialah kediaman Endang Wahyuningsih (dipanggil nama bu Wahyu), alumni Dena Upakara tahun 1992 dengan suaminya Ismail Yusuf alumni Don Bosco angkatan 1991, di Wonosari, Kabupaten Gunung Kidul, Yogyakarta. Tidak ada alasan khusus pasutri Tuli itu dikunjungi oleh Suster Antonie, Suster Patricia, Pak Giek dan Mas Putut, hanya saja mereka jarang hadir pertemuan Adeco karena lokasi rumahnya jauh sekali dari Gunung Kidul. Setelah mengobrol-ngobrol sejenak, rombongan pamit melanjutkan kegiatan kunjungan berikut.

      Lokasi kediaman Adeco yang hendak dikunjungi ialah kediaman Pamuji, Alumni Don Bosco (tidak diketahui tahun lulusannya), dia teman sekelas Wildan Salatiga. Di kediaman Pamuji, rombongan mengetahui bahwa Pamuji buta sejak 5 tahun yang lalu. Penyebab ia mengalami kebutaan adalah karena saraf di otak. Meski ia sudah dibawa ke rumah sakit namun dokter angkat tangan. Terlepas dari lokasi keberadaan Pamuji, Suster Antonie berharap teman-teman sekelas Pamuji menengok Pamuji sebagai saudara sesama Adeco. Untuk akses komunikasi dengan Pamuji, satu-satu cara komunikasi yang bisa dilakukan dengan mengeja di meja saja (dengan bantuan tangan dari si pihak lawan). Setelah itu, rombongan pamit melanjutkan kegiatan kunjungan berikut. Namun ketika rombongan hendak melanjutkan kunjungan, tidak dapat ditemukan alamat kediaman Adeco Yogyakarta bernama Jarwo sehingga gagal mengunjungi Jarwo.

Kondisi Pamuji terkini sudah buta total

        Rombongan istirahat sejenak untuk mengganjal sesuatu di perut. Mereka makan siang di Piyungan sebelum mengakhiri kegiatan kunjungan itu. Setelah makan siang, mereka kembali melanjutkan mengunjungi kediaman Adeco Yogyakarta terakhir yakni kediaman Lestari.

       Di kediaman Lestari di Kotagede, mereka mengetahui kondisi Lestari bahwa kini Lestari punya kecenderungan bicara sendiri serta selalu berada di ruangan yang terkunci. Rombongan menggunakan sisa waktu dengan mengobrol sejenak sebelum mereka pulang ke rumah masing-masing. Awalnya mereka pulang jam 2 siang pun molor jadi pulang jam 3 sore. Tak lama kemudian mereka pamit pada Lestari untuk pulang. Suster Antonie langsung pulang ke Wonosobo sedangkan Pak Giek dan Mas Putut pulang ke rumah masing-masing. Adeco Yogyakarta yang masih belum dikunjungi ada 8 orang.

         Sebagai pemandu dalam kegiatan kunjungan, Pak Giek merasakan suka dan duka. Ia senang bisa membantu Suster Antonie dan Suster Patricia mengunjungi kediaman para Adeco Yogyakarta serta bisa mengetahui bagaimana kabar dan kondisi para Adeco Yogyakarta yang jarang hadir pertemuan Adeco. Duka karena sedih melihat beberapa Adeco Yogyakarta jarang / kesulitan hadir pada pertemuan Adeco karena suatu kondisi dan situasi tertentu. Sementara itu, Mas Putut selaku Ketua Adeco Yogyakarta pun juga merasakan duka karena baru mengetahui bahwa beberapa Adeco Yogyakarta sering berada di rumah, tidak pernah keluar bersosialisasi dengan sesama Adeco.

Foto bersama dengan Lestari dan keluarganya

 

Penulis:
Vincentia Prasetya A.P
(alumni DU, angkatan 2015)

RELATED ARTICLES

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

- Advertisment -spot_img

Most Popular

Recent Comments

Open chat
MAU TANYA ?
Ajukan pertanyaan