Pada hari Minggu tgl 17 Maret 2024 diadakan pertemuan rutin ADECO Jawa Timur dengan acara BUKBER Ramadhan Umat Tuli Islam di Jalan Mayangkara No.241, Gayung Kebonsari, Ketintang, Gayungan, Surabaya, dengan Tuan Rumah Bu Primi. Teman-teman ADECO ada yang datang dari jauh, antara lain dari: Ngawi, Magetan, Rembang, dll. se-Jawa Timur. Pengurus ADECO yang hadiri cukup lengkap, yakni Ketua Bu Nana, Wakil Ketua Bu Ika, Sekretaris Mas Widi dan Bendahara Bu Primi. Juga datang beberapa anggota senior dan junior sejumlah 30 orang. Dua orang belum bisa hadir karena ada urusan lain, termasuk beberapa anggota yang beragama Katolik dan Protestan. Tak seperti bulan Januari yll. Saat acara pelantikan pengurus ADECO Jawa Timur yang dihadiri sekitar 57 orang termasuk Pembina (4 orang), anggota (42 orang), non-anggota (8 orang), dan Juru Bahasa Isyarat (JBI) sejumlah 3 orang.
Acara ini dimulai dengan doa pembukaan yang dipimpin oleh David, lalu diberikan penjelasan tentang sejarah ADECO Surabaya sampai sekarang yang masih tetap bertahan. Kemudian Ketua ADECO, Bu Nana, memberikan presentasi dengan dibantu oleh Sekretaris, Widi, tentang susunan acara yakni:
-
- Iuran ADECO bulanan/tahunan
- Urunan Takjil – rencana akhir bulan Maret
- Diskusi pembuatan visi dan misi ADECO
- Rekrut seksi-seksi ADECO
- BUKBER Ramadhan
Dalam acara ini pula ada kejutan ulang tahun, jadi kami ditraktir oleh Pak Gondo dan Bu Nana, yang membagi-bagikan kotak makanan, berisikan nasi kuning, dengan berbagai macam sayur dan lauk, juga minuman sirup plus kelapa muda, serta buah-buahan seperti rambutan, nangka, dan aneka jajanan sumbangan dari teman-teman untuk mereka yang berulang tahun. Semuanya itu benar-benar sangat mengenyangkan. Kami pun boleh membungkus sisa buah-buahan dan jajanan untuk dibawa pulang ke rumah kami masing-masing. Setelah acara selesai, kami mengadakan foto bersama sebagai kenangan manis akan kebersamaan toleransi umat beragama dan silaturahmi. Akhirnya kami pun berpamitan pulang.
Ramadhan merupakan salah satu bulan dalam kalender Hijriah. Bulan ini merupakan bulan yang dinantikan oleh seluruh umat Islam di seluruh dunia, dan terutama di Indonesia. Karena selama bulan Ramadhan umat Islam melaksanakan berbagai rangkaian ibadah, terutama ibadah puasa.
Seluruh waktu ibadah dalam bulan ini bila dilaksanakan dengan baik mendatangkan hikmah. Dalam Islam, Ramadhan memiliki makna yang begitu mulia dan istimewa. Ramadhan yang sering diartikan sebagai ‘bulan panas’ juga diibaratkan sebagai matahari yang begitu panas dan mampu menghapus dosa‐dosa umat. Ada hal yang menarik pada bulan Ramadhan tahun ini, terutama di negara kita Indonesia, dimana jatuh bertepatan dengan hari raya umat beragama lainnya, yaitu hari raya Nyepi, yang merupakan hari raya agama Hindu; serta hari wafatnya Yesus Kristus bagi umat Katolik dan Protestan di Indonesia. Memang, setiap agama memiliki ritual ibadahnya masing-masing. Sebagai warga negara Indonesia, adalah sesuatu yang menarik dalam pelaksanaan Ramadhan tahun ini, bagaimana umat Islam diajak untuk bersikap saling menghargai sesama umat beragama. Sebagai contoh, bagaimana pelaksanaan hari raya Nyepi bagi umat Hindu di Bali, dimana mereka melakukan beberapa ritual. Tetapi di sisi lain, mereka juga mempersilakan umat Islam yang ada di Bali untuk melaksanakan ibadah puasa dan salat tarawih asal tidak mengganggu ritual ibadah mereka. Begitu juga umat Katolik dan Protestan yang sebentar lagi akan memperingati Wafatnya Yesus Kristus, mereka tetap berkomitmen untuk saling menghargai sesama, selama mereka melaksanakan ibadahnya masing-masing.
Betapa toleransi ini sangat diperlukan dalam kehidupan beragama di suatu negara. Apalagi kita tahu bahwa Indonesia adalah negara yang memiliki keberagaman agama. Istilah toleransi adalah suatu sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan agama, suku, etnis, pendapat, sikap, dan tindakan orang lain yang berbeda dari diri sendiri. Indonesia adalah salah satu negara multikultural atau beragam budaya terbesar di dunia, hal ini dapat dilihat dari situasi dan kondisi sosio kultural yang sangat kompleks, beragam dan luas. Penanaman nilai toleransi di masyarakat sangatlah dibutuhkan agar bangsa Indonesia tidak mengalami perpecahan karena suatu perbedaan yang ada di lingkungan masyarakat mereka. Untuk menjaga keutuhan suatu bangsa dengan perbedaan yang beraneka ragam sangatlah diperlukan sikap toleransi itu sendiri agar tertanam pada benak seluruh masyarakatnya, sehingga ancaman perpecahan akibat perbedaan bisa dihindari. Tetapi sebaliknya, dengan perbedaan itu kita mampu hidup rukun saling menghormati dan menghargai.
Bulan Ramadhan mengajarkan kita tentang banyak hal, bukan hanya pelaksanaan ibadah, tetapi kita juga diajarkan bagaimana menghormati orang lain yang berbeda agama dengan kita. Dan yang terpenting Ramadhan juga mengajarkan kita untuk saling menghargai sesama umat beragama lainya. Menjelang berakhirnya bulan suci Ramadhan, masyarakat Indonesia menyambut dengan meriah tradisi buka puasa bersama (BUKBER). Tradisi ini menjadi momen yang dinanti-nanti oleh seluruh umat Muslim di Indonesia untuk bersilaturahmi dan mempererat tali persaudaraan. Buka puasa bersama biasanya dilakukan di masjid, musholla, atau di rumah-rumah keluarga. Namun, beberapa tahun terakhir ini, buka puasa bersama juga dilakukan di tempat-tempat umum seperti lapangan, taman kota, atau tempat-tempat wisata. Tujuannya adalah untuk memperkuat rasa kebersamaan dan toleransi antarumat beragama.
Momen buka puasa bersama juga sering dimanfaatkan untuk memberikan bantuan kepada sesama yang membutuhkan. Banyak organisasi atau komunitas yang menyelenggarakan buka puasa bersama dengan memberikan makanan gratis kepada anak yatim, janda, atau fakir miskin. Hal ini tentunya dapat memberikan dampak positif terhadap masyarakat yang membutuhkan dan menjadikan Ramadhan sebagai momen bagi umat Muslim untuk berbagi. Namun, buka puasa bersama tidak hanya tentang makanan dan minuman. Ada hal yang lebih penting dari itu, yaitu memaknai arti kebersamaan dan toleransi. Ramadhan menjadi momen yang tepat untuk memupuk nilai-nilai tersebut dalam diri kita, agar dapat menguatkan persaudaraan dan persatuan bangsa.
Di era digital saat ini, buka puasa bersama memang juga dapat dilakukan secara virtual. Teknologi yang semakin canggih memungkinkan kita untuk tetap merayakan momen bersama-sama . Acara buka puasa bersama virtual dapat dilakukan melalui aplikasi video call, sehingga orang tetap dapat merasakan kebersamaan itu meskipun berada di tempat yang berbeda. Melalui tradisi buka puasa bersama, kita dapat memaknai arti kebersamaan, toleransi, dan kepedulian kepada sesama. Semoga momen bulan Ramadhan ini dapat membawa berkah dan rahmat bagi kita semua. Marilah kita saling menghargai dan menghormati satu sama lain dalam kebersamaan yang damai dan harmonis.
Penulis: Antonius Widi Nugraha